TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - 24 Oktober 2016 lalu, KPU DKI Jakarta, resmi menetapkan tiga pasangan calon kepala daerah untuk bertarung di Pilkada Serentak 2017 mendatang.
Mereka adalah Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni, Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat, serta Anies Baswedan dan Sandiaga Salahuddin Uno.
Keenam nama yang ada saat ini merupakan hasil seleksi yang dilakukan oleh partai politik, setelah diketahui bahwa tidak ada satupun pasangan calon yang memenuhi syarat untuk bertarung sebagai pasangan calon dari jalur independen.
Sepanjang 2016, beberapa nama bermunculan untuk memperebutkan kursi pemimpin di Ibukota negara, sebut saja Ketua Kwarnas Pramuka Nasional Adhyaksa Dault, dan juga Ketua Umum Partai Bintang Bulan Yusril Ihza Mahendra yang sempat menghadiri berbagai deklarasi dukungan dari relawan yang tersebar di hampir seluruh wilayah DKI Jakarta.
Bukan hanya mereka, nama Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Abraham Lunggana atau akrab disapa Haji Lulung juga sempat digadang-gadang untuk maju menjadi calon Gubernur DKI Jakarta.
Dari kalangan artis, nama musisi kawakan, Ahmad Dhani juga sempat mencuat ke permukaan dan tidak lupa ada nama yang sempat menjadi perhatian publik yaitu Hasnaeni “Wanita Emas” Moein yang merupakan kader partai Demokrat.
Keseriusan untuk mencari calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta juga diperlihatkan oleh Partai Politik.
PDI Perjuangan misalnya, pada pertengahan Mei, mereka melakukan rangkaian tes psikologi untuk menjaring calon kepala daerah.
Setidaknya terdaftar 30 nama yang mengikuti tes yang diselenggarakan di Kantor DPP PDI Perjuangan itu.
Selain itu, Partai Demokrat, PKS dan beberapa partai lainnya juga melakukan hal yang sama untuk semua pendaftar yang akan maju di kontestasi lima tahunan itu.
Namun, beberapa nama akhirnya mulai mengerucut ketika Partai NasDem dan Hanura mulai memberikan satu nama untuk menjadi “Petarung pilihan” yaitu Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok yang juga merupakan Gubernur DKI Jakarta, disusul dengan deklarasi yang dilakukan oleh Partai Golkar dengan mengusung calon yang sama.
Kata “tidak sepakat” dengan pilihan ketiga partai yang ada, diperlihatkan dari partai-partai yang mempunyai kursi di DPRD DKI Jakarta lainnya.
Partai itu kemudian membentuk sebuah koalisi gemuk yang dinamakan “Koalisi Kekeluargaan” yang menyatakan akan memberikan nama lain selain Basuki Tjahaja Purnama.
Namun, koalisi itu tidak berlangsung lama, ketika PDIP mengumumkan kembali mengusung pasangan petahana, Ahok-Djarot untuk meneruskan kepemimpinan di Jakarta setelah sebelumnya melakukan rapat internal di kediaman Megawati Soekarno Putri sebagai Ketua Umunm Partai PDI Perjuangan pada 20 September 2016.