TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sebenarnya sebuah pesan telah terpasang di salah satu dinding asrama putra di Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Jakarta.
Pesan itu berbunyi "Ingat! Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan."
Ironisnya, pesan yang terpampang dalam balutan bingkai berwarna emas itu hanya berjarak kurang dari 25 meter di kamar tempat terjadinya penganiayaan terhadap Amirulloh Adityas Putra (19), taruna tingkat 1 sekolah pelayaran itu, yang tewas dianiaya seniornya.
Pesan anti-kekerasan ini sebenarnya tak hanya satu saja yang terpasang, tapi bisa dijumpai di cukup banyak sudut dan tempat.
Saat masuk dan menginjakkan kaki di gedung depan STIP bercat biru yang berbatasan langsung dengan lapangan, pemandangan ke depan menyuguhkan spanduk biru besar dengan pesan tulisan dengan huruf kapital berwarna merah "Pelaku Tindak Kekerasan / Pemukulan Akan Dikeluarkan Dari STIP".
Dari lapangan upacara STIP tersebut itu pun, spanduk dengan tulisan yang sama bisa dilihat digantungkan di dinding belakang gedung depan.
Pesan lebih jelas lagi ada di sebuah tugu memorial yang berdiri di halaman kecil di dalam kampus STIP Jakarta.
Tugu bercat hitam dan putih itu untuk mengingatkan kasus kekerasan yang pernah terjadi di lembaga pendidikan itu.
"Hindari Tindak Kekerasan Agar Tidak Terulang Lagi Peristiwa 12 Mei 2008 Yang Mengakibatkan Taruna Agung Bastian Gultom Meninggal Dunia," bunyi pesannya.
Masih ada lagi sebenarnya peringatan anti-kekerasan yang lainnya, yaitu di tulisan berjalan yang muncul di LED yang digantung di lorong menuju asrama.
Namun, apa daya peringatan tersebut, ternyata kekerasan tetap terjadi, ketika Amirullah harus tewas di tangan seniornya, sedangkan lima rekannya AF, IW, BBP, JS, dan BS luka memar.
Kejadian berulang
Kasus kekerasan di STIP sebenarnya bukan kali pertama terjadi. Berikut catatan yang dapat dirangkum:
1. 12 Mei 2008, taruna Agung Bastian Gultom meninggal dunia. Kematian Agung sempat disebut kelelahan karena mengikuti latihan pedang pora oleh pihak STIP menyambut Agustusan.