Nedi tetap semangat karena tahu gajinya akan naik. Kebahagiaan Nedi pun sirna seketika. Pada 3 Januari 2017, namanya tidak ada di papan pengumuman.
Itu artinya dia sudah dikeluarkan sebagai pasukan oranye.
Nedi terpaksa membawa kabar buruk itu ke rumah.
Dia mengatakan istrinya kaget dan merasa begitu terpukul.
Maklum saja, itu merupakan satu-satunya sumber penghasilan mereka.
Jadi rebutan
Nedi kecewa dan merasa dibuang.
Dia merasa diperlakukan tidak adil karena tidak lagi dipekerjakan saat gaji PHL sudah tinggi.
"Dulu orang pada enggak mau main kotor-kotoran seperti pekerjaan kita. Giliran gaji sudah naik, pada rebutan, kami malah dibuang," ujar Nedi.
Sebagai pasukan oranye lama, merekalah yang paling tahu sekotor apa Jakarta ketika itu.
Kini lingkungan di Jakarta relatif bersih. Mereka yang berperan besar atas perbaikan kondisi ini malah diperlakukan seperti ini.
Nedi masih ingat bagaimana dia membereskan sampah di Kampung Pulo setelah penertiban selesai.
"Pas penertiban tuh ampun dah ampun, kacau banget. Belum lagi kalau bersihin di pasar-pasar, kami kerja dari pagi selesai magrib," ujar Nedi.
Setelah diberhentikan, tidak ada lagi yang bisa dikerjakan.
Nedi mengatakan dia dan teman senasib lain hanya bisa berupaya memperjuangkan nasib mereka.
Sambil berharap upaya mereka mengadu kesana kemari bisa membuahkan hasil. (Kompas.com/Jessi Carina)