TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta, Sumarsono mengaku kurang sreg dengan desain Mass Rapid Transit (MRT) yang menurutnya mirip jangkrik.
Sumarsono berharap, desain kepala lokomotif MRT bisa diganti dengan desain yang lebih aerodinamis.
Padahal, desain yang sebelumnya telah disepakati oleh Gubernur DKI Jakarta non aktif, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).
Perubahan desain kepala lokomotif MRT membuat desain lokomotif secara keseluruhan menjadi berubah.
Terjadi penambahan panjang lokomotif yang maju 75 milimeter (batas maksimal).
Hal tersebut juga menyebabkan pintu masinis dan pintu penumpang pertama akan terhilangkan.
Selain itu, berdampak pula terhadap kapasitas kereta, desain stasiun, dan sistem sinyal agar panjang kereta tetap 20,5 meter sesuai kontrak.
Secara teknis juga perlu perubahan besar pada konfigurasi peralatan dalam kabin masinis.
Dari sisi waktu pun akan berdampak pada delay produksi kereta sekitar 1 tahun, yang tentunya ini akan mempengaruhi terhadap jadwal pengoperasian MRT.
Jika pengoperasian MRT molor, maka akan ada dampak-dampak lain yang mengikutinya.
Dan ternyata, keinginan Plt Gubernur DKI Jakarta, Sumarsono tersebut tidak murah.
Berdasarkan data dari PT Mass Rapid Transit Jakarta, perubahan desain panjang rangkaian kereta juga mengubah kesesuaian kontrak proyek MRT.
Perubahan bentuk lokomotif diperkirakan akan menghabiskan tambahan biaya produksi mencapai Rp 64 miliar. (*)