TRIBUNNEWS.COM, BOGOR - Peringatan Hari Bumi yang jatuh pada 22 April 2017 mendatang dianggap sebagai momentum yang tepat bagi berbagai pihak untuk melakukan refleksi serta berbagi gagasan dan pengalaman mengenai fungsi dan peran masing-masing dalam mewujudkan kehidupan yang lebih baik bagi planet ini, khususnya dalam bidang lingkungan hidup.
Sektor privat seperti Sinar Mas yang sejumlah pilar usahanya bergerak di ranah pengolahan lahan berikut sumber daya alam, sangatlah berkepentingan dengan praktik bisnis yang ramah lingkungan.
Hal ini terungkap dalam kuliah umum Green Business Practice Industri Strategis Indonesia yang berlangsung di Auditorium Andi Hakim Nasution, Kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) Dramaga, Bogor, Jawa Barat, Kamis (20/4/2017).
Rektor IPB, Prof. Herry Suhardiyanto dalam sambutannya menyatakan bahwa tema kuliah umum hari ini selaras dengan paradigma pembangunan yang telah dirumuskan IPB beberapa waktu lalu, yaitu pembangunan yang lebih berkeadilan, lebih berkedaulatan, dan lebih berkelanjutan.
Herry mengatakan dengan kekayaan alam yang luar biasa, tantangannya adalah bagaimana pelaku usaha dapat mewujudkan model bisnis yang mengusung green practice.
“Saya melihat Sinar Mas sebagai perusahaan yang mempunyai policy yang sangat kuat dalam menjaga prinsip-prinsip green business, misalnya melalui Forest Conservation Policy dan program-program lain yang berorientasi pada bisnis-bisnis yang berkelanjutan” ungkap Herry.
Lebih lanjut Herry menekankan peran penting mahasiswa sebagai generasi muda yang diharapkan aktif mengembangkan pemikiran, salah satunya dengan belajar langsung dari para praktisi terbaik di bidangnya.
Selaku narasumber utama kuliah umum, Director Managing Sinar Mas, G. Sulistiyanto menyatakan bahwa tidak ada pilihan lain bagi Sinar Mas jika ingin terus berlanjut dan berdiri tegak dalam dunia usaha, maka perusahan harus menjalankan green management.
“Keberlanjutan selama ini selalu menjadi fokus kami, namun belum semua kalangan mengetahui dengan jelas bagaimana pilar bisnis Sinar Mas melakukannya. Ajang pagi ini adalah kesempatan berharga guna membagi pemahaman itu dengan kalangan akademik, dan juga para mahasiswa,” kata Sulistiyanto di depan para para dosen mahasiswa IPB yang memenuhi auditorium.
Direktur Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI), Purwadi Suprihanto dalam kesempatan yang sama menjelaskan peran sektor perkebunan dan kehutanan yang menjadi salah satu industri strategis nasional yang menyumbang sekitar 34,9% dari total ekspor non-migas atau setara dengan US$46,03 miliar.
Selain dituntut untuk berkontribusi terhadap penerimaan negara, kesejahteraan sosial masyarakat, dan lain-lain, industri juga mendapat tanggung jawab besar dalam aspek kelestarian lingkungan.
“Untuk itu, APHI mendorong para anggotanya untuk mengubah paradigmanya dalam mengelola hutan secara berkelanjutan,” terang Purwadi.
Golden Agri-Resources (GAR) Ltd-PT SMART Tbk, pilar usaha Sinar Mas yang bergerak di industri kelapa sawit turut berbagi pengalaman dalam menangani isu-isu lingkungan, terutama kebakaran hutan dan lahan. GAR memiliki kebijakan yang disebut Kebijakan Nihil Bakar (zero burning policy) yang diberlakukan sejak 1997.
“Masyarakat sekitar konsesi dan perkebunan adalah ujung tombak pencegahan kebakaran. Melalui pendampingan, pelatihan berikut pemberian insentif, mereka kami gandeng dalam wadah Desa Makmur Peduli Api,” ungkap Managing Director Sustainability and Strategic Stakeholder Engagement GAR, Agus Purnomo ketika bercerita tentang pemberdayaan sosial dan ekonomi masyarakat sekitar melalui program pertanian terintegrasi yang bertanggung jawab.