Sejumlah orang pada Jumat sore masih terlihat berada di lokasi kebakaran untuk mencari barang atau material yang masih bisa digunakan.
Namun, tampaknya mereka tak menemukan apa-apa.
Semua barang hangus terbakar.
Nabila adalah anak pertama hasil pernikahan Uum dan Umaidi.
Namun, bagi Uum, Nabila merupakan anak kelimanya setelah pada pernikahan pertamanya ia sudah dikaruniai empat anak.
Di sela perbincangannya dengan Warta Kota di kantor Kelurahan Cakung Barat, Uum berkali-kali meminta maaf kepada sang suami.
Ia mohon supaya suaminya tidak menyalahkannya atas peristiwa yang menewaskan Nabila.
“Tolong Aa jangan dendam sama aku. Aku bukan tidak mau menolong. Ibu mana yang mau anaknya meninggal dengan cara seperti itu,” kata Uum, sambil sesenggukan.
Sementara sang suami lebih banyak mengangguk dan menenangkan istrinya yang sedang dilanda kekalutan.
Sesekali, ia mengelus lengan sang istri dan memintanya untuk mengikhlaskan peristiwa ini.
“Iya, aku ikhlas. Namanya sudah takdirnya seperti ini. Sudah, kamu jangan ngomong seperti itu,” Umaidi mencoba membuat istrinya tenang.
Meski demikian, Uum masih tampak begitu terpukul. Ia mengaku masih terbayang dengan sosok Nabila. Pada tanggal 6 April lalu, bocah malang itu baru merayakan ulang tahun pertamanya.
“Dia sedang lucu-lucunya. Masih belajar berjalan dan bicara. Malah sudah bisa panggil pak sama mak,” kisah Uum dengan tatapan kosong.
Janazah Nabila langsung dibawa ke kampung halamannya di Indramayu, Jawa Barat pada Jumat petang untuk dimakamkan di sana.
Uum dan Umaidi berencana untuk mencari lokasi kontrakan baru yang mereka anggap lebih aman.
Hari itu ada tujuh bedeng atau rumah semi permanen yang terbakar di Jalan Inspeksi Pool PPD RT 02/07 Cakung Barat, Cakung, Jakarta Timur.
Satu bedeng berukuran sekitar 2 x 2 meter, termasuk bedeng yang ditempati Uum sekeluarga.
Uum bilang ia hanya menyewa tanah kepada seorang warga setempat, kemudian, ia dan suami membangunnya menggunakan material kayu dan triplek.
Uum mengaku, terpaksa tinggal di lokasi itu lantaran himpitan ekonomi.
Sang suami, hanya bekerja sebagai sopir sebuah pabrik dengan gaji yang menurut Uum hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-sehari.
Sementara, Uum sendiri lebih banyak mengurus anak di rumah mereka.
Uum bilang, sudah menjadi kebiasaan warga di sekitar bedeng membakar sampah. Hanya saja, biasanya, saat si pembakar sampah selalu memantau hingga semua sampah terbakar habis.
“Orang membakar sampah di sini memang biasa karena di sini tempatnya sampah. Sebetulnya saya sudah diperingatkan untuk hati-hati. Tapi, mungkin ini sudah musibah, mau bagaimana lagi,” jelasnya.
Sementara itu, Kapolsektro Cakung, Komisaris Sukatma menyatakan, berdasarkan penyelidikan pihaknya, diketahui penyebab api dari adanya aktivitas pembakaran sampah di komplek tersebut.
“Dari pengakuan saksi yang juga ibunda korban setiap hari disebelah rumahnya adanya aktifitas untuk membakar sampah. Pada hari, tanggal, dan jam tersebut, di saat korban sedang menjemur pakaian di luar rumah, saksi melihat titik api dari tempat sampah sudah mendekati rumah. Setelah saksi selesai menjemur pakaian, saksi melihat titik api sudah membesar menyambar bangunan rumah,” jelasnya dihubungi Warta Kota.
Sukatma menambahkan, kobaran api cepat menyebar lantaran material bangunan bedeng terbuat dari triplek. “Dalam sekejap api membakar seluruh bagian bangunan dan saksi tidak sempat menyelamatkan anaknya yang terjebak di dalam kobaran,” katanya.
Penulis: Feryanto Hadi