"Dia bilang jam setengah sembilan pagi baru sampai Purbalingga, karena bus yang ditumpangi mogok. Itu komunikasi terakhir kami. Setelah itu handphone-nya tidak bisa dihubungi," kata Lilis.
Pada Minggu petang, keluarga Lilis mendapat kabar dari rekan Wawan yang sama-sama naik gunung.
Kabar itu menyebutkan bahwa rombongan pendaki yang diikuti Wawan terkena musibah di Gunung Prau.
"Mereka bilang rombongan suami saya kesamber petir. Awalnya saya nggak begitu percaya. Tapi pada malam harinya ada info lagi suami saya ditemukan meninggal dunia," ucap Lilis.
Perempuan itu langsung ambruk mendengar kabar itu.
Dadanya seperti dihantam dengan keras, sangat sesak.
Semalaman ia menangis. Tangisannya makin pecah ketika pada Senin pagi mobil ambulance yang membawa jasad suaminya tiba di rumah duka.
Ia tak kuasa melihat kondisi jenazah suaminya.
Hingga Senin siang usai jenazah Wawan dimakamkan pun tangisannya masih belum berhenti.
"Ini sudah takdirnya begini. Saya pasrah saja," kata Lilis yang dinikahi Wawan sejak 2012 lalu.
Ratusan kerabat sejak Senin pagi sudah datang ke rumah duka. Hampir semua anggota keluarga Wawan shock.
Ayah Wawan yang bernama Jaiman Santoso (58) lebih banyak termangu meratapi kepergian anak sulungnya.
Sementara, istri Jaiman, Sutarmi (50), kerap menangis setiap ada kerabatnya datang dan mengucapkan bela sungkawa.
Sudah diingatkan