"Kemudian saya telepon ke rumah sakit dan dapat informasi ada nama abang saya. Baru saya kasih tau ibu saya," imbuhnya.
Pinjam ransel
Selain Aditya Agung Dermawan (30) dan Adi Setiawan (31), Deden Hidayat Maulana (31), warga Kota Depok, juga menjadi korban tewas tersambar petir.
"Saya pribadi shock lah, nggak nyangka itu adik saya. Istilahnya, Dieng itu daerah yang terkenal dengan gas beracun, tapi kalau sampai disambar petir saya sih nggak nyangka," ungkap Wahyu Mulyana (40), kakak kandung Deden, saat ditemui seusai pemakaman di Taman Pemakaman Umum (TPU) Kalimulya 1, Cilodong, Depok, Jawa Barat, Senin (24/4).
Kendati demikian, keluarga besar Deden mengaku ikhlas ditinggalkan oleh anak bungsu dari empat bersaudara ini untuk selamanya.
"Ibu sama bapak saya, kami semua sangat kaget saat pertama kali dengan kabar Deden sudah tidak ada, tapi kami sekarang ikhlas, memang sudah jalannya begini," kata Wahyu di rumah duka Jalan Binuang 6, No. 44 RT 9 RW 11, Kelurahan Bakti Jaya, Kecamatan Sukma Jaya, Depok, Jawa Barat, Senin.
Wahyu awalnya mengira korban tewas tersambar petir di puncak Gunung Prau bukanlah adiknya.
Selain itu ia sama sekali tak waswas karena kawasan wisata Dieng merupakan wilayah ramah bagi wisatawan.
"Saya sempat mikir, mudah-mudahan bukan dia (Deden). Karena itu (Dieng) kan tempat wisata, nggak terlalu ekstrem lah jalurnya," papar Wahyu.
Pertama kali
Menurut keterangan Wahyu, Deden ternyata baru pertama kali mendaki gunung.
"Baru pertama kali dia mendaki gunung," kata Wahyu.
Untuk itu, Deden sempat meminjam tas besar (carrier) kepadanya tepat seminggu sebelum berangkat bersama teman-temannya ke Gunung Prau.
"Saya tanya dia mau naik gunung mana. Gunung Dieng katanya. Saya bilang Gunung Dieng mah tempat wisata, bukan seperti Gunung Merbabu atau Gunung Semeru. Jadi pakai tas biasa saja. Dia cuma ketawa dibilang begitu," kata Wahyu.
Tapi siapa sangka, itu adalah kali terakhir Wahyu bertemu dengan Deden.
Sang kakak mengira kepergian Deden ke Gunung Prau, Dieng, merupakan bagian dari pekerjaan.
Lantaran bekerja di bagian multimedia, Deden sering mencari spot foto untuk referensi desain.
Menurut Wahyu, sang adik, berangkat ke Gunung Prau pada Jumat (21/4) bersama 10 rekan kerjanya.
"Dia berangkat dari tempat kerja langsung, izin ke ibu saya bilangnya mau ke Jawa, Senin baru pulang," kata Wahyu.
Selama pendakiannya di Gunung Prau, Wahyu mengatakan, tidak ada kabar apapun dari sang adik, sampai akhirnya, pada Minggu (23/4) malam, datang sejumlah orang ke rumahnya yang mengabarkan jika Deden telah tiada.
Jenazah Deden tiba di rumah duka, Senin (24/4) sekitar pukul 10.00 WIB.
Tidak menunggu lama, jenazah langsung dikebumikan di TPU Kalimulya 1 Depok.
Keluarga pun menggelar tahlilan pada Senin malam.
Badai petir
Sebanyak 11 orang pendaki asal Jakarta dilaporkan menghadapi musibah saat rombongan hendak turun dari puncak Gunung Prau, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.
Kasubag Humas Polres Wonosobo AKP Agus Priyono mengungkapkan kronologi kejadian tersebut.
Mulanya, pada Sabtu (22/4), sekira pukul 13.30, rombongan pendaki dari Jakarta dan sekitarnya, sebanyak 11 orang tiba di Base Camp Gunung Prau, Desa Patakbanteng, Kecamatan Kejajar, Wonosobo.
Rombongan tersebut kemudian naik ke kawasan Gunung Prau.
Keesokan harinya, Minggu (23/4), mereka turun dari puncak gunung pukul 10.00.
Sekitar pukul 14.00, rombongan telah sampai di dekat sebuah tower di Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Wonosobo.
Tapi di tengah jalan hujan turun dengan deras disertai badai petir.
Ditambahkan Humas Kantor Basarnas Jateng ZulÂhawari Agustianto, mereka kemudian memutuskan untuk berteduh dengan membuat tempat berlindung sementara secara darurat (bivak).
Bivak untuk berteduh dibuat di sekitar tower Nganjil.
"Namun, saat berteduh sebagian pendaki bermain handphone....." (fha/m7/m9/aqy/TribunJateng)