"Sekolah itu sudah sering panen padi. Malah sampai sekarang banyak yang menyebut sebagai sekolah padi. Selain itu sudah sering juga mendapatkan penghargaan tingkat nasional terkait lingkungan hidup," jelasnya
Inspirasi
Suhri bilang cara berladangnya telah menginspirasi banyak orang. Tidak sedikit orang yang datang ke rumahnya untuk melihat langsung serta belajar bagaimana cara bercocok tanam atau menjalankan hobi bertani di lahan yang sempit.
"Selain tetangga sekitar, banyak orang dari wilayah sekitar juga datang ke sini. Mereka heran kok bisa bertani di rumah. Saya jelaskan caranya dan mereka mencobanya di rumah masing-masing. Dan hasilnya cukup bagus," jelasnya.
Kata Suhri, makin banyak orang yang mengaplikasikan hal itu, makin lebih baik. Selain bisa menyalurkan hobi, bertani di lingkungan rumah menurutnya bisa turut menghijaukan kawasan permukiman.
"Di dek saya ini sengaja saya bikin tempat istrahat kecil. Kalau waktu senggang saya di sini sambil lihat perkembangan tanaman saya. Makin hijau rumah kan makin sehat. Pokoknya berasa seperti ada di kampung," selorohnya.
Usai memanen ketela, Suhri berencana untuk menanam kentang. "Ini adalah percobaan pertama kali saya menanam kentang. Jika biasanya kentang ada di dataran tinggi, saya akan coba tanam di sini. Nanti kita lihat saja bagaimana hasilnya," ujarnya.
Anton Maraton, rekan Suhri yang merupakan angggota Lembaga Pemantau Penyelenggara Negara Republik Indonesia (LPPNRI) bidang Lingkungan Hidup mengapresiasi apa yang dilakukan Suhri.
"Saya yang kerjanya di bagian lingkungan hidup tentu bangga dengan sosok seperti Pak Suhri ini yang bisa menginspirasi masyarakat lainnya sehingga menimbulkan kesadaran lingkungan. Apalagi Pak Suhri ini juga membuat pupuk sendiri dari bahan sampah warga," kata Anton yang turut menyaksikan Suhri memanen ketelanya. (Feryanto Hadi)