News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kisah Santri Makam Mbah Priok yang Berdamai dengan Pemprov karena Ahok

Editor: Sanusi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Seorang peziarah keluar dari area makam Habib Hasan Al Haddad atau Mbah Priok yang berada di dekat terminal peti kemas PT Pelindo II, Koja, Jakarta Utara, Senin (8/3/2010). Pemerintah kota Jakarta Utara berencana melakukan penataan lahan pemakaman tersebut untuk pengembangan terminal peti kemas.

Namun, menurut Wahyu, gubernur pertama yang serius menyelesaikan permasalahan ini dan membangun makam adalah Ahok.

"Gubernur muslim bukan jaminan, buktinya waktu kita digusur, itu gubernurnya muslim, tapi mau hancurin makam habib," kata Wahyu.

Wahyu, yang siang itu mengenakan kaos bergambar sketsa muka Ahok, mengakui ia dan banyak teman-temannya mendukung Ahok. Ia menampik isu saling memanfaatkan di Pilkada DKI ini.

"Kalau untuk Pilkada, Habib Sting sendiri enggak berpolitik jadi gimana untuk cari suara? Ahok enggak datang ke sini, dia diundang," kata Wahyu.

Kontroversi cagar budaya

Dengan diperlakukannya Makam Mbah Priok sebagai cagar budaya, kontroversi soal ketokohan Mbah Priok dan keberadaan makamnya, kembali mencuat.

Selain karena dianggap melanggar Undang-undang Cagar Budaya, Pemprov DKI juga dianggap melanggengkan hoax dengan mengakui Makam Mbah Priok sebagai cagar budaya.

"Kalau yang namanya fitnah mah sudah biasa, dari dulu juga sudah ada, sampai dibikinkan nisan di TPU Semper," kata Wahyu.

Wahyu menganggap orang-orang yang mengklaim bahwa Mbah Priok adalah mitos, atau menyebut makamnya sudah pindah, bukanlah mereka yang tahu dan merawat makam ini.
Makam itu disebut sudah ada sejak jaman Belanda, saat itu, sekitar tahun 1756, Mbah Priok atau Habib Hasan Al Haddad yang merupakan penyiar agama Islam yang berasal dari Sumatera, berangkat ke Pulau Jawa untuk berziarah ke sejumlah makam para wali di tanah Jawa.

Saat akan tiba di wilayah Batavia, perahunya terkena badai, namun dia selamat karena menemukan periuk dan akhirnya berhasil menepi di Batavia.

Adiknya di Palembang menyusulnya tinggal di Batavia dan menyiarkan agama Islam di sana. Daerah itu pun akhirnya dinamakan menjadi Tanjung Priok.

Periuk-periuk itu kini berbentuk kuali yang masih digunakan ummat untuk memasak nasi kebuli ketika haul tiap hari Minggu terakhir bulan Safar.

Sudah bertahun-tahun lamanya Wahyu dan sekitar 50 santri lainnya tinggal sederhana di sini. Mereka menimba tak hanya ilmu agama, namun juga keterampilan profesional seperti teknik, komputer, arsitektur, dan lainnya.

"Kalau cuma dengar kata orang begini begitu... Ya yang tahu pribadi kita kan kita sendiri, keyakinan biar masing-masing sajalah," kata Wahyu.

Aset Makam yang tadinya dikuasai Habib Sting melalui eigendom verponding, kini sedang diubah menjadi IMB atas nama Yayasan Makam Mbah Priok. Akan didirikan masjid dan rumah pemotongan hewan di makam ini.(Nibras Nada Nailufar)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini