TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Negeri ini sudah sangat resah terhadap penyalahgunaan narkoba dan masifnya korupsi.
Kedua penyimpangan sosial tersebut sudah sampai pada tataran subversif bagi ketahanan Nasional. Menusuk dua variabel ketahanan Nasional, yaitu keuletan dan ketangguhan bangsa.
“Penyalahgunaan narkoba dan korupsi adalah masalah bangsa. Maka seluruh elemen bangsa galibnya memiliki tanggungjawab untuk memberantasnya,” ujar Ketua Umum Sekretariat Nasional Pewayangan Indonesia (SENA WANGI), Suparmin Sunjoyo, kepada sejumlah wartawan, Senin (14/08/2017).
Suparmin Sunjoyo, terpilih kembali menjadi Ketua Umum SENA WANGI Periode 2017 – 2022, melalui Kongres Ke-IX SENA WANGI yang digelar di Jakarta, (25 – 26/04/2017) lalu.
Pelantikan Pengurus SENA WANGI baru dilangsungkan di Gedung Pewayangan Kautaman TMII, Jakarta, Senin (14/08/2017). Ditandai dengan pergelaran Wayang Kulit Padat, dengan lakon “Wahyu Nugroho Jati” bersama Dalang Ki Asman Budi Prayitno.
Selain concern terhadap pencegahan korupsi dan penanggulangan korban narkoba, SENA WANGI sesuai tugas pokoknya, menurut Suparmin, juga membuat rencana strategis jangka panjang tentang pengembangan pewayangan Indonesia.
“Hal ini agar pewayangan Indonesia dapat memasuki dunia ilmu pengetahuan, supaya masyarakat dan bangsa Indonesia dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas budi pekerti luhur, keutamaan hidup, memayu hayuning bawono,” ungkapnya.
Acara pelantikan dan pergelaran wayang, dihadiri antara lain, Ketua Dewan Kebijakan SENA WANGI, Solichin, Anggota Dewan Pakar SENA WANGI, Prof. Edi Sedyawati , serta Anggota Dewan Pertimbangan Presiden, Abdul Malik Fadjar.
Abdul Malik Fadjar, berjanji akan membantu menelusuri surat yang dilayangkan SENA WANGI kepada Presiden, tentang usulan penetapan tanggal 7 November sebagai Hari Wayang Nasional. Tanggal tersebut didasarkan pada momentum pemberian penghargaan untuk Wayang Indonesia sebagai a Masterpiece of the Oral and Intangible Heritage of Humanity oleh Badan Dunia PBB-UNESCO, pada tanggal 7 November 2003.
SENA WANGI diantaranya telah mengusahakan Wayang menjadi salah satu cabang studi baru; Filsafat Wayang, di Fakultas Filsafat Universitas Gajah Mada (UGM), melalui penelitian selama sepuluh tahun. Menyelenggarakan Festival Wayang Indonesia (FWI) setiap tahun (2012 – 2016).
SENA WANGI diberi status Non-Government Organization yang terakreditasi di Badan Dunia PBB-UNESCO pada tahun 2014.
SENA WANGI telah menerbitkan 15 buku tentang Wayang, diantaranya dibagikan ke berbagai Negara Anggota Badan Dunia PBB-UNESCO, melalui Perwakilan Tetap RI, di New York. Penulisan Ensiklopedi Wayang Indonesia (EWI) dengan entry baru sebanyak 9 jilid buku.
Upaya ini merupakan kelanjutan dari penulisan Ensiklopedi Wayang Indonesia (EWI) yang telah diterbitkan lebih dulu (1999) sebanyak 6 jilid buku.
Pada bagian lain, Ketua Bidang Humas dan Kemitraan SENA WANGI, Eny Sulistyowati SPd, SE, MM, menyampaikan , di masa mendatang, SENA WANGI berupaya mendekatkan seni Wayang kepada generasi muda dengan cara yang lebih progresif.
“Termasuk ikut mencegah korupsi dan menanggulangi korban narkoba melalui berbagai proses kreatif seni Wayang, yang akan melibatkan anak-anak muda,” terangnya.
Sesuai tuntutan zaman, lanjut Eny, seni Wayang harus dikembangkan secara inklusif. Lebih terbuka terhadap nilai-nilai baru yang lebih mudah diterima masyarakat abad ini tanpa meninggalkan nilai-nilai filosofis yang dibawanya.
Hal ini menurutnya, seperti yang pernah dicontohkan Sunan Kalijaga. Ia menggunakan Wayang untuk menyebarkan nilai-nilai Islam pada masyarakat Jawa yang kala itu masih beragama Hindu.
“Kemampuannya mencarang lakon tanpa mengubah aspek moral dan filosofi wayang, menunjukkan bahwa Sunan Kalijaga mampu membuka dimensi baru. Wayang tidak hanya menjadi kerangka sistem sosial dan kultural orang Jawa, melainkan menjadi jalan pencarian menuju Tuhan. Dari titik inilah spiritualitas terbangun melalui kedalaman makna berbagai lakon pertunjukan Wayang,” papar Eny.