TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sekretariat Nasional Pewayangan Indonesia (SENAWANGI), mengirim delegasi untuk mengikuti ‘7th General Assembly’ Rapat Forum Non Governmnet Organization - Intangible Cultural Heritage (NGO – ICH), yang berlangsung di Markas UNESCO, Paris Perancis, Senin – Selasa (4 – 5/6/2018) mendatang.
Ketua Umum SENAWANGI, Drs. Suparmin Sunjoyo, pada kesempatan pembekalan kepada tim yang akan berangkat ke Paris menjelaskan, bahwa SENAWANGI telah diberi status Non-Governmental Organization (NGO), yang terakreditasi di Badan Dunia PBB-UNESCO sejak tahun 2014.
“SENAWANGI telah melampaui berbagai pencapaian, diantaranya menerbitkan 15 buku Ensiklopedi Wayang Indonesia. Mengusahakan Wayang menjadi salah satu cabang studi baru; Filsafat Wayang, di Fakultas Filsafat Universitas Gajah Mada (UGM), melalui penelitian selama sepuluh tahun,” kata Suparmin di kantor SENAWANGI Jakarta, Jum’at (01/6/2018).
Indonesia, lanjut Suparmin, juga tengah melakukan langkah-langkah memasuki tahapan menjadi tuan rumah ‘Festival Wayang Dunia’ yang akan dilaksanakan di Gianyar Bali, bulan April 2020 mendatang. Acara tersebut rencananya akan dihadiri tidak kurang dari 90 Negara.
“Oleh karena itu, pada pertemuan ‘7th General Assembly’ -- di Paris tersebut, delegasi kita akan mempresentasikan apa saja yang telah dicapai dunia pewayangan kita, menyampaikan berbagai perkembangan dan apa yang akan dilakukan lebih lanjut oleh Indonesia,” tutur Suparmin.
‘General Assembly’ adalah forum NGO – ICH, jaringan yang memiliki platform untuk berkomunikasi, pertukaran dan kerjasama antar organisasi penggiat budaya, yang terakreditasi oleh UNESCO. Sesuai Konvensi UNESCO forum ini secara bersama-sama, menjaga nilai-nilai warisan budaya tak berwujud (Intangible Cultural Heritage).
General Assembly’ diselenggarakan setiap dua tahun sekali. Tidak kurang dari 500 orang delegasi dari 175 Negara akan bersidang di acara ini.
“Keterlibatan kita di forum ini, diharapkan semakin memperkuat citra Indonesia sebagai bangsa yang berbudaya tinggi. Sebagai bangsa di dunia yang selalu berkomitmen menjaga, melestarikan dan mengembangkan budayanya, terutama budaya adiluhung Wayang yang sudah diakui sebagai budaya dunia,” kata pimpinan delegasi Indonesia untuk sidang ke UNESCO, Dra. Eny Sulistyowati S.Pd, MM, sebelum keberangkatannya ke Paris.
Sejak 7 November 2003, Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan PBB (UNESCO), mengakui wayang sebagai World Master Piece of Oral and Intangible Heritage of Humanity.
Pengakuan ini, kata Eny, sangat berarti bagi bangsa Indonesia, bahwa Wayang sebagai budaya bangsa yang kita warisi dari leluhur, diakui oleh dunia.
“Wayang mengangkat citra bangsa, mengangkat nama bangsa, harkat dan martabat bangsa dalam forum dunia. Tugas kita lebih lanjut adalah memperkenalkan, menanamkan nilai-nilai budaya bangsa dalam pergaulan dunia yang semakin kompetitif,” ungkap seniman tari yang juga Kepala Bidang Humas SENAWANGI ini.
Selain mengikuti sidang ‘7th General Assembly’, menurut Eny, delegasi Indonesia juga akan mengisi pameran dan pertunjukan. Pihaknya akan menyuguhkan; performance Wayang Orang dan Wayang Kulit dalam durasi pendek, bertajuk “Kresna Duta.”
Pertunjukan selama 20 menit ini, melibatkan para aktor dan aktris handal dari dunia Pewayangan Indonesia, antara lain, Agus Prasetyo S.Sn (WO Sriwedari ), berperan sebagai Karno, Matheus Wasi Bantolo, S.Sn., M.Sn (ISI Surakarta) berperan sebagai Kresna, Dra. Eny Sulistyowati S.Pd, MM (Seniman Tari Jakarta) berperan sebagai Kunti, dan Bagus Baghaskoro Wisnu Murti, S.Sn (Dalang Muda Jawa Timur), serta Muhammad Irawan, SE (Dalang Muda Jakarta).
Ikut serta juga para penggiat seni dan budaya, Gaura Mancacaritadipura, dan Wahyu Wulandari, yang akan mewakili Indonesia, dalam sidang-sidang ‘7th General Assembly.’ Serta Sumari, S.Sn., Ina Sofiyanti, dan Eddie Karsito, yang akan mempresentasikan budaya Wayang dalam event pameran berskala internasional di sekretariat UNESCO PBB di Paris.
Dalang Gaura Mancacaritadipura, anggota dari delegasi Indonesia, pada kesempatan yang sama menyampaikan, konvensi ini mengubah paradigma yang tadinya hanya mengurusi peninggalan sejarah yang kasat mata, seperti; candi, patung, alat musik, atau artefak lainnya.
“Warisan budaya tidak saja berwujud monumen-monumen atau sekumpulan objek, tapi juga mencakup tradisi atau ekspresi budaya yang masih terpelihara, diwarisi dari nenek moyang dan diturunkan kepada generasi selanjutnya,” jelas Gaura Mancacaritadipura.
Sampai tahun 2005, terpilih sejumlah 90 elemen budaya yang ditahbiskan menjadi maha karya budaya dunia. Selanjutnya pada 2008 ditransfer ke dalam Representative List – termasuk Wayang yang diresmikan sebagai masterpiece pada tahun 2003 dan Keris pada 2005. Menyusul kemudian 76 elemen baru (termasuk Batik) di tahun 2009, dan 47 elemen di 2010 (termasuk Angklung).
Dalam hal ini SENAWANGI sebagai organisasi pemerhati budaya yang sudah diakreditasi, membantu UNESCO dalam hal pelestarian budaya tak benda; Intangible Cultural Heritage (ICH). “Kita punya kewajiban berpartispasi mengikuti sidang ini melalui forum NGO.
Pada rapat tersebut antara lain kita ikut membicarakan, menetapkan dan memutuskan apa yang akan menjadi kebijakan badan dunia ini, antara lain terkait dengan pelestarian dan pengembangan budaya Wayang,” ujar Gaura.
Satu hal penting, pada momen 7th General Assembly’ ini, kata Gaura, Indonesia diharapkan paling mengesankan, lewat performance Wayang Orang dan Wayang Kulit ‘Kresna Duta.’ Kolaborasi sejumlah seniman kelas dunia ini diharapkan benar-benar mendapat perhatian.
“Cerita ini ingin menyampaikan pesan perdamaian. Kresna menjadi subjek favorit dalam seni pertunjukan. Kresna merupakan duta pamungkas untuk perdamaian, agar tidak terjadi perang baratayuda. Saya kira ini relevan dengan situasi zaman,” papar dalang berkebangsaan Australia, yang kini menjadi Warga Negara Indonesia ini.