Saat terjatuh, kepala Akbar diduga menghantam batu hingga mengakibatkan luka benda tumpul seperti hasil autopsi RS Polri Kramat Jati.
"Sudah saya tusuk dua kali, dia naik dari kali terus saya tusuk lagi. Terakhir saya nusuk di bagian leher. Pas saya pergi saya enggak tahu dia mati atau enggak. Dia masih nahan kesakitan," sambung Papay.
Setelah melancarkan aksinya, Papay kembali ke rumah lalu mengganti baju hingga pukul 18.00 WIB dia keluar ke tempat temannya untuk nongkrong.
Baru saat polisi dua kali menyambangi kediaman orangtuanya, Papay memilih kabur ke hunian kakak keempatnya di kawasan Cipete, Jakarta Selatan.
"Nongkrong sampai jam enam di rumah, habis itu keluar ke rumah temen dan tidur di rumah temen. Pas penggerebekan saya lari ke Cipete. Saya menyesal," kata Papay sembari tertunduk.
Sebagai informasi, jasad Akbar ditemukan pada Sabtu (6/10) pukul 11.00 WIB dalam posisi terlungkup bersimbah darah oleh seorang warga RT 03/RW 09 saat hendak mencari kayu bakar.
Sementara sebilah pisau dapur yang diduga digunakan Rifai untuk membunuh Akbar ditemukan pada Senin (8/10) sekira pukul 10.00 WIB.
Pisau dapur itu ditemukan di satu empang berjarak sekira 10 meter dari lokasi jasad Akbar.
Sebelumnya diberitakan jika pelaku merupakan sepupu jauh korban.
Namun, keterangan tersebut dibantah polisi.
Berita ini sudah tayang di tribunjakarta.com dengan judul: Kronologis Pembunuhan Pelajar MTs di Depok: Tinggalkan Korban Saat Menahan Kesakitan