TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bertepatan dengan Hari Pohon Sedunia, Yayasan Kebun Raya Indonesia (YKRI) mengadakan peluncuran gerakan Jaga Bhumi periode ke-2, tahun 2018 – 2019.
Gerakan Jaga Bhumi pertama kali tercetuskan dan terlaksana pada periode tahun 2017 – 2018 menghasilkan Kebun Raya Mangrove pertama di dunia yang berlokasi di Pantai Timur Surabaya. Inisiasi gerakan tersebut diresmikan melalui penandatanganan MOU antara Pemerintah Kota Surabaya dengan LIPI.
“YKRI berniat untuk terus mempromosikan kepada masyarakat luas mengenai keberadaan Kebun Raya yang memiliki sangat banyak potensi yang baik bagi pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia,” tutur Michael Sumarijanto selaku Ketua I YKRI, pada sambutannya.
Jaga Bhumi merupakan sebuah gerakan yang diinisiasi oleh YKRI, dengan misi menyelamatkan plasma nutfah indonesia melalui revitalisasi dan peningkatan jumlah kebun raya di Indonesia dengan slogan ‘Kembalikan Kejayaan Alam Indonesia’.
Gerakan Jaga Bhumi pada periode pertama telah berhasil dan sukses dilaksanakan dengan beberapa program unggulannya yaitu Sarasehan Kalpataru, Jaga Wiyata yang melakukan kunjungan ke 200 sekolah di 4 provinsi (DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Jawa Timur), Jelajah Bhumi yang merupakan gerakan bersepeda dengan jarak 1000km dan rute dari Jakarta ke Surabaya, serta partisipasi masyarakat lainnya seperti Car Free Day, Office Visit, Community Visit, dan mendekorasi Halte Transjakarta daerah Tosari, Jakarta.
Pembangunan Kebun Raya Tanaman Obat Indonesia memiliki sekitar 30.000 hingga 40.000 jenis tumbuhan. Melalui penelitian Riset Tumbuhan dan Jamu (Ristorja; tahun 2012-2017) oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), tercatat Indonesia memiliki sejumlah 6.000 sampai 7.500 tanaman obat. Hal tersebut tentunya jarang didapati di negara lainnya dengan jumlah tanaman obat yang melimpah.
“Inisiasi ini sangat penting, karena salah satu kekuatan di Indonesia adalah sumber KEHATI, kita memiliki kehati sangat tinggi sekali. Dengan demikian YKRI kembali melanjutkan gerakan Jaga Bhumi yang baru berlangsung 1 tahun ini, dan bersama-sama mengajak masyarakat luas untuk terus melakukan pelestarian serta menggali potensi untuk menciptakan Kebun Raya Tanaman Obat di Indonesia.” papar Sonny A. Keraf selaku Wakil Ketua II YKRI pada kesempatan peluncuran gerakan Jaga Bhumi di Hutan Kota GBK (21/11).
Upaya pembangunan Kebun Raya Tanaman Obat ini didukung dengan gerakan Jaga Bhumi yang unggulan seperti Jaga Wiyata dan Sarasehan Kalpataru.
Satu yang baru dari rangkaian gerakan adalah Botanicum, yaitu kawasan edukasi luar ruang untuk memberikan narasi kreatif konservasi botani bagi generasi muda dan masyarakat Indonesia.
Botanicum juga merupakan hasil rekayasa kawasan ruang terbuka hijau menjadi area publik sehingga bisa digunakan sebagai ajang edukasi, interaksi dan ekowisata dalam kota.
Gerakan tersebut nantinya akan kembali melibatkan banyak pemangku kepentingan mulai dari pemerintah dan swasta, komunitas aktivitas, mahasiswa dan pelajar, pekerja dan pengusaha, keluarga muda, pehobi, serta industri terkait.
Sinergi dan kolaborasi dalam Jaga Bhumi diharapkan dapat menciptakan Indonesia yang peduli bumi, dimana pemerintah bisa melahirkan kebijakan-kebijakan yang pro-lingkungan dan pro-kelestarian bumi.
Selain itu masyarakat umum diharapkan juga lebih aktif berperan serta dalam gerakan kepedulian terhadap kelestarian bumi dan menerapkan aksi peduli lingkungan dalam kehidupan sehari-hari.