TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kisah haru dirasakan banyak driver ojek online perempuan. Tidak hanya sering mendapatkan godaan-godaan dari penumpang lelaki, order yang mereka terima juga kerap dicancel.
Mereka menghadapi semua itu dengan sabar dan sudah siap dengan segala risiko yang akan dihadapi.
Marisa (25) memutuskan menjadi driver GO-JEK sejak setahun lalu, setelah keluar dari sebuah perusahaan.
Alasannya bukan semata karena faktor ekonomi, toh bekerja sebagai karyawan sebenarnya ia mampu menghidupi keluarga kecilnya.
Akan tetapi, ia merasa tak punya banyak waktu untuk mengurus dua anaknya jika bekerja di perusahaan.
Sementara, dua anaknya butuh perhatian lebih darinya.
Baca: Jokowi Nilai Profesi Ojek Online Pekerjaan yang Mulia
"Saya single parent dengan dua anak. Memutuskan bekerja sebagai driver gojek karena waktunya lebih fleksibel. Karena saya harus mengurus anak-anak saya," kata Marisa ditemui di Kantor Go-Jek di Pasaraya, Blok M, Jakarta Selatan, Selasa (27/11/2018).
Ia sadar pekerjaan yang dipilih penuh risiko. Selain kerap mendapatkan godaan dari customer pria, setiap bekerja di malam hari merasa ketar-ketir.
"Selain itu banyak sekali yang cancel order. Alasannya bukan muhrim. Atau takut karena yang bawa motor cewek. Kami sih sudah biasa begitu, sudah nggak dimasukin hati lagi," katanya.
"Karena rezeki kan sudah ada yang ngatur. Ya untuk penghasilan sehari-hari alhamdulillah cukup buat menafkahi kedua anak saya," imbuhnya.
Founder and CEO Queenriders, Iim Fahima, mengungkapkan, selama empat tahun belakangan terdapat peningkatan jumlah pengendara perempuan yang sangat signifikan yakni mencapai 42 persen.