Dengan badan penuh luka, tidak banyak benda yang ia bisa singkirkan.
"Saya sudah berusaha menyelamatkan, cuma kita kemampuan terbatas, engga mungkin mengangkat tumpukan sebesar itu. Saya hanya menyebut 'ya Allah, saya datang ke sini bukan untuk maksiat, saya untuk ibadah menghibur keluarga saya, menggemberikan keluarga saya. Berilah kami keselamatan'," katanya.
Sekitar satu jam setelah kejadian datangah sejumlah orang untuk mengevakuasi.
Ia kemudian berjalan sambil menggendong anaknya yang paling besar. Saat sedang berjalan ia melihat anak ketiganya Muhamad Ali Rido (4) sedang digendong polisi.
Dengan penerang terbatas anak ketiganya itu lalu memanggilnya.
Saat itu kondisi Ustaz Abror tidak bisa membawa ke dua anaknya sekaligus. Ia lalu meminta kepada Polisi, untuk mengantarkan anaknya itu ke Puskesnas.
"'Abang (Alif ridho) ini abi, dia jawab 'abi dimana', saya bilang, 'abang maaf Abi tidak bisa tolong abang sekarang'. Saya cuma bisa berdoa selamatkan lah anak saya," katanya.
Dengan kondisi sekelilinya porak poranda, Ustaz Abror baru dievakuasi ke Puskesmas Minggu dini hari pukul 01.00 WIB.
Begitu tiba di sana, sudah banyak korban yang sedang dirawat.
Tanpa handphone dan kerabat yang dikenali di Puskesmas yang letaknya sudah hampir masuk Kabupaten Pandeglang itu, ustaz Abror hanya bisa pasrah.
Pada pukul 11 siang, ia baru mengahui bahwa anak pertama dan ketiganya selamat, namun nahas anak ke dua, keempat, serta sang istri meninggal dunia.
Tidak ada Firasat
Ustaz Abror (38) mengaku tida ada firasat sama sekali sebelum Tsunami menerjang penginapannya di Kawasan Mutiara Ancol, pada Sabtu malam (22/12/2018). Termasuk firasat bahwa istri dan dua anaknya akan meninggal.
Saat berangkat liburan di hari kejadian sang Ustaz mengaku dalam kondisi berbahagia.