News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tsunami di Banten dan Lampung

Cerita Ustaz Abror Selamat dari Terjangan Tsunami Karena Tersangkut di Kabel Listrik

Penulis: Taufik Ismail
Editor: Hasanudin Aco
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Rumah-rumah warga dan fasilitas umum hancur pasca tsunami yang melanda pesisir Pandeglang, Banten, Sabtu (22/12/2018) malam.

Ia dan keluarganya bercanda dan besolawat di dalam mobil.

Apalagi liburan itu menurutnya merupakan momentum berkumpul ia dan keluarganya, karena anak pertamnya belajar di pondok pesantren.

"Tidak ada firasat apapun, kami dalam kondisi berbahagia, kara saya selalu tekankan kepada keluarga saya kalau liburan tidak boleh membuat kesel atau jengkel, sehingga bisa bahagia," katanya.

Begitu pula dengan sikap istrinya, Siti Nur Alfisyah (36). tidak ada perubahan sikap atau apapun dari sang istri yangsehari-hari berprofesi sebagai ibu rumah tangganya ittu.

Sang istri yang merupakan anak ke 4 dari 9 bersaudara tersebut selalu tampak riang termasuk saat melantunkan Solawat dalam perjalanan menuju pantai Carita.

"Komunikasi saya terkahir ya itu saat saya masuk kamar untuk memarkirkan mobil karena ada ombak, ia tanya Abi mau kemana?" katanya.

Ustaz Abror mengaku tidak mau mencari tahu firasat atau mengait-ngaitkan kejadian sebelum meninggal, karena musibah yang terjadi merupakan kehendak Tuhan. Menurutnya tidak ada yang tahu kapan seseorang meninggal.

"Tidak ada firasat apa apa, kita berhusnudzon pada Allah. Engga ada suara burung macam macam," katanya.

Begitu pula dengan firasat atau tanda tanda sebelum ombak pantai Selat Sunda menghantam penginapannya. Tidak ada sama sekali gempa sebelum kejadian tersebut.

Hanya saja sekitar Sabtu sore ia melihat dari kejauhan anak gunung krakatau mengeluarkan api (erupsi). Kejadian itu disertai suara gemuruh menggelegar.

"Hanya saja kata orang setempat, hal itu merupkan kejadian biasa saja, sudah sering terjadi, jadi saya anggap ya biasa saja," katanya.

Ustaz Abror mengatakan bahwa kejadian tsunami tersebut merupakan pelajaran berharga bagi dirinya.

Bahwa di atas sana ada Tuhan yang Maha Kuasa. Selain itu menurutnya bahwa apa yang manusia miliki di dunia ini hanyalah sementara.

Oleh karena itu ia berpesan bahwa dalam menjalani kehidupan jangan terlalu fokus pada duniawi saja, melainkan harus ingat pada kehidupan di akhirat.

"Kita tidak ada yang tahu anak saya yang sangat saya cintai, saya belai setiap hari kemudian meninggal, begitu juga istri saya. Mobil saya yang saya lap tiap hari kemudian sekarang udah menyangkut di pohon, jadi semua ini sementara," pungkasnya.

Masih Trauma

Ustaz Abror salah seorang penyintas Tsunami yang menerjang kawasan pantai Selat Sunda pada Sabtu lalu (22/12/2018) mengaku saat ini masih trauma. Ia sering tiba tiba terbangun dari tidurnya apabila mendengar sesuatu yang gaduh.

"Psikologis saya terganggu, saya kagetan, saya tidur mendengar berisisik saya bangun," katanya.

Menurutnya selalu muncul rasa takut apabila ada suara gaduh seperti bunyi seng dan lainnya. Hal itu diakibatkan suara gemuruh air laut yang menerjang penginapannya.

Begitu pula dengan kondisi psikologis kedua anaknya yang selamat dari terjangan tsunami tersebut.

Oleh karena itu hingga saat ini ia tidak memberitahu bahwa istrinya dan ibu dari anak-anaknya itu telah meninggal dunia dan dimakamkan.

"Anak saya belum tahu yang paling besar, ibunya sudah meninggal, menunggu dia pulih. Jangankan anak-anak, saya saja yang dewasa tergangu psikologisnya," tutur Ustaz Abror.

Ia berharap ke dua anaknya segera pulih. Ia juga berharap korban tsunami lainnya yang hilang dapat segera diketemukan.

"Semoga yang lain cepat pulih, dan yang hilang dapat dketemukan,"pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini