Laporan Wartawan Warta Kota, Zaki Ari Setiawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - "Semua mobil di sini dipindahin, jalan ini untuk ambulans," kata seorang satpam wanita berumur dengan nada tinggi di area kamar mayat RSUD Pandeglang Banten, Minggu 23 Desember 2018.
Saat itu, wanita bernama Defit Tanfidiyah tengah mensterilkan area kamar mayat untuk memudahkan sirkulasi ambulans yang terus hilir mudik di RSUD Pandeglang.
Setelah tsunami selat sunda menghantam pesisir pantai Banten pada Sabtu 22 Desember 2018, RSUD Pandeglang menjadi satu di antara rumah sakit tersibuk.
Korban luka dan korban meninggal dunia terus dilarikan ke Jalan Raya Labuan-Pandeglang, Banten. Sirine ambulans terus meraung, datang dan pergi ke rumah sakit ini.
Baca: Pengalaman Horor Maria Selena di Laut Jawa Jelang Terjadinya Tsunami Banten
Sebagai Kepala Satpam, Defit Tanfidiyah menjadi yang paling sibuk, meski usianya sudah menginjak umur 60 tahun.
"Saya terakhir makan kemarin (Minggu 23 Desember 2018), sekarang ngga nafsu," kata Defit saat ditemui di Posko Security RSUD Pandeglang, Senin (24/12/2018).
Defit merasakan hal itu akibat sering berada di kamar mayat, "karena aromanya di kamar jenazah, sekarang saya coba makan langsung mual."
RSUD Pandeglang memang tidak memiliki pendingin untuk menyimpan jenazah, aroma tidak sedap dari kantong-kantong jenazah pun tidak bisa dihindarkan di area Kamar Mayat.
Ketika ditemui di Posko Security, Defit mencoba untuk beristirahat sejenak dengan makan siang, akan tetapi dirinya tetap sibuk memonitor anak buahnya.
Meski menjadi petugas yang sigap, Defit adalah mantan guru yang juga pegawai negeri sipil (PNS).
Masa tuanya kini disibukkan menjadi kepala satpam yang baru ia geluti satu tahun ini.
Tawaran menjadi satpam ia terima setelah mengetahui bagaimana kondisi RSUD Pandeglang sebelum dipegang dirinya.
"Kalau dulu di sini kaya pasar, pedagang masuk-masuk ke dalam. Setelah saya masuk, saya keluarin banyak satpam yang suka main-main begitu," ucapnya.