TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Beredarnya hasil survei Charta Politika yang dirilis media, yang menunjukkan keterpilihan beberapa caleg di Daerah Pemilihan (Dapil) DKI Jakarta 1, DKI Jakarta 2, dan DKI Jakarta 3 akan berpotensi lolos ke Senayan, dipertanyakan validitas dan kesahihannya oleh beberapa tokoh masyarakat.
Pasalnya nama-nama caleg di Ibu Kota tersebut tidak pernah turun ke akar rumput, tidak mengakar dan berdomisili di dapil yang akan mereka perjuangkan.
Jadi jelas diragukan keterpilihannya.
Pegiat kegiatan keagamaan, Ahyan Septiani menegaskan bahwa caleg-caleg yang tidak berdomisili di dapil tentu diragukan akseptablitasnya untuk dipilih.
"Bagaimana kami bisa memilih mereka (caleg-red) seandainya tidak diketahui domisili sesungguhnya. Lalu bagaimana kita bisa berkomunikasi dan memperjuangkan aspirasi kita," ujar Ahyan di sela-sela pengajian malam Kamisan di Cawang, Jakarta Timur, Rabu (13/2/2019).
Baca: Setelah Ahmad Dhani Ditahan, Santunan Untuk Korban Kecelakaan Dul Macet
Ahyan yang putri Hajah Dahlia Muhdar, tokoh Betawi muslimah, Cawang menegaskan warga Jakarta Timur harus memilih caleg yang berdomisili di Jaktim agar dia mampu memahami secara sungguh-sungguh suasana kebatinan masyarakat yang diwakilinya.
Dengan demikian dia akan dapat memahami problematika masyarakat Jaktim yang sesungguhnya.
Sementara, Alexander Atawolo, salah satu tokoh muda Diaspora NTT di Jakarta menghimbau kepada seluruh pemilih Jaktim agar lebih bijak dan bertanggung jawab menggunakan hak suara pada pemilu nanti.
"Belajar dari pengalaman pemilu sebelumnya, kita tidak pernah merasakan kehadiran anggota parlemen dalam menyelesaikan berbagai persoalan di Jakarta Timur. Hal ini harus menjadi kepedulian kolektif masyarakat Jaktim untuk menentukan pilihannya nanti,"ujar Alex yang selama ini berdomisili di Cipayung.
Hal ini yang harus menjadi catatan kritis dan koreksi bagi masyarakat di Dapil Jaktim untuk menentukan pilihan pada pileg nanti. Saat ini pesona para caleg begitu mengganggu hampir seluruh aktivitas masyarakat keseharian.
"Masyarakat jangan terkecoh dengan intrik dan manuver politik yang sedang dilakukan caleg-caleg tertentu, diantaranya dengan melakukan penggiringan opini masyarakat yang sesat melalui hasil survei," katanya.
"Saatnya kita harus berani mengatakan menolak caleg yang tidak berdomisili di Jakarta Timur. Lupakan para incumbent yang hanya muncul ketika ada hajatan politik menjelang pemilu. Dan itu sangat memalukan,"ucap tokoh muda NTT ini.
Di tempat terpisah Elfrans Golkari, Wakil Ketua DPD Golkar DKI Jakarta menolak caleg "karbitan" atau caleg jadi-jadian. Yang dimaksud Elfrans, adalah caleg yang tidak pernah berproses dalam perkaderan politik di dalam tubuh partai yang mencalonkannya.
Sekretaris Soksi DKI Jakarta ini menegaskan untuk menolak caleg "hantu".