News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tidak Mudah Membentengi Anak dari Informasi yang Dapat Merusak Karakter kata Septiaji Eko Nugroho

Editor: Toni Bramantoro
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Septiaji Eko Nugroho

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo), Septiaji Eko Nugroho mengatakan bahwa dengan berkembangnya teknologi digital maka perlu adanya upaya untuk membentengi anak bangsa terhadap informasi yang dapat merusak karakter anak tersebut meski hal tersebut menurutnya tidaklah mudah.

Namun hal tersebut harus dimulai dari lingkup keluarga terlebih dahulu, yang artinya peran dari orang tua harus dikembalikan lagi.

“Saat masuk ke era digital sekarang ini orang tua cenderung melepas anaknya di dunia digital. Mereka cenderung mengasih anaknya smartphone, Tablet atau mengoperasikan laptop komputer di rumah tanpa pengendalian dan pengawasan yang cukup dari orang tua. Ini sangat berbahaya sekali. Karena ada titik ketika nanti si anak merasa lebih percaya kepada informasi yang dia baca di internet daripada harus percaya dengan informasi dari guru atau orang tuanya,” ungkap Septiaji Eko Nugroho, Sabtu (9/3/2019).

Menurutnya, ketika anak memulai menggunakan teknologi, maka orang tua itu harus punya pemahaman yang kuat terkait bagaimana mendidik anak menggunakan teknologi digital dengan baik yang biasa disebut Digital Parenting.

“Ini agar jangan sampai anak terpapar hal-hal yang bisa membahayakan dia secara keamanan atau mengunyah konten konten negatif seperti  hate speech (ujaran kebencian) ataupun juga konten-konten yang terkait dengan radikalisme,” katanya.

Lalu setelah ini menurutnya akan naik ke tingkat yang lebih atas lagi, yakni lingkup masyarakat, yang tentunya juga membutuhkan gerakan masyarakat untuk membuat aktivitas offline.

Ini supaya anak-anak kembali bertatap muka seperti zaman dulu, dimana  jangan sampai mereka waktunya habis hanya bertemu dengan gadged-gadged saja.

“Di level-level masyarakat yang ada di  perkampungan ataupun di kota anak-anak itu perlu dibuatkan dan diajak untuk melakukan aktivitas yang membuat mereka bisa berinteraksi secara nyata dengan anak-anak yang lainnya. Ini agar mereka tidak hidup dalam dunia sendiri di dunia digital,” ujarnya.

Untuk itu dirimya berharap ada peran dari pemerintah dalam mengelola ketika anak-anak itu di didik di lingkup sekolah dan di kampus dimana diperlukan materi terkait tentang literasi digital agar  seorang anak atau siswa itu memiliki keahlian, kemampuan untuk bisa menggunakan berbagai perangkat teknologi digital dengan baik.

“Contoh seperti materi mengenai media sosial tentang bagaimana penggunaannya, apa bahayanya, apa yang seharusnya tidak dilakukan, termasuk sikap pengamanan supaya bagaimana informasi pribadi tidak diketahui orang lain, itu yang terkait dengan literasi digital,” ujarnya.

Selain itu perlu adanya materi tentang literadi media supaya anak dikenalkan mengenai bagaimana mengunyah informasi dari sumber-sumber yang ada, baik dari koran, majalah, media online ataupun dari media sosial.

Dirinya mengakui bahwa dampak perkembangan teknologi digital tentunya memiliki sisi positif dan negatif terhadap perkembangan karakter anak bangsa.

“Dari sisi dampak positif anak-anak ini cenderung gampang menguasai teknologi, sehingga mereka juga bisa mencari konten atau bisa memanfaatkan konten yang ada di dunia digital. Tapi kalau kita bicara dampak negatif tentu banyak sekali yang yang masih belum tertangani dengan baik,” jelasnya.

Dikatakannya, sebenarnya yang cukup berbahaya adalah ketika anak-anak terlalu sering menggunakan perangkat digital itu, maka kemampuan literasinya menjadi menurun.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini