News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tidak Mudah Membentengi Anak dari Informasi yang Dapat Merusak Karakter kata Septiaji Eko Nugroho

Editor: Toni Bramantoro
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Septiaji Eko Nugroho

“Artinya daya tahan mereka untuk membaca suatu tulisan itu menjadi menurun karena mereka lebih suka untuk melihat konten yang pendek ataupun dalam bentuk-bentuk video atau infografis. Padahal kalau mau menjadi generasi penerus yang berkualitas tentunya mereka tetap harus menguasai material dalam bentuk teks,” ujrainya.

Yang kedua menurutnya, anak-anak muda ini belum bisa membedakan informasi yang benar dan bohong (hoax). Generasi anak muda ini menurutnya bukanlah tipe generasi yang suka menyebarkan berita bohong, karena dalam catatannya sebenarya yang lebih banyak menyebarkan berita bohong itu adalah orang-orang yang lebih dewasa yang berusia 35 tahun ke atas.  

“Meskipun bukan bagian dari ekosistem itu, tetapi mereka belum memiliki kemampuan untuk bisa membedakan informasi yang benar dan tidak.  Misalnya dalam urusan politik katakanlah ketika menjadi pemilih pemula banyak yang sangat-sangat apatis dengan politik kita. Hal ini karena ketidakmampuan mereka membaca atau  mengetahui situasi yang sebenarnya,” paparnya.

Kemudian yang cukup berbahaya sekali sebenarnya adalah anak muda ini literasinya juga terbatas sehingga  mereka sangat rentan sekali terpapar oleh konten-konten radikalisme.

“Jadi anak-anak muda ini lebih utamanya bukan masalah hoax, tetapi yang lebih bahayanya adalah keterkaitan isu radikalisme. Karena radikalisme juga sebagian juga menggunakan hoax yang berbungkus agama. Jadi itu dampak negatif yang perlu kita tangani,” selorohnya.

Oleh karena itu dirinya berharap hal tersebut bisa dibuatkan suatu kurikulum yang integratif oleh pemerintah, meski bukan kurikulum khusus yang mungkin bisa disisipkan atau diintegrasikan dengan kurikulum yang sudah ada.  

“Pemerintah punya kurikulum TIK (Teknologi, Informasi dan Komputer) dimana itu sudah dimasukkan lagi oleh Kemendikbud di  kurikulum, dimana kami juga ikut terlibat untuk memberikan masukkan dalam masalah ini. Tetapi saya rasa perlu dipertajam dan diperkaya sehingga ketika  anak-anak ketemu dengan Teknologi  digital itu bisa menjadi lebih produktif, bukan justru sebaliknya. Kalau sekarang ini kesannya anak-anak itu lebih banyak yang menjadi konsumen informasi dari pada produsen,” urainya.

Untuk itu semua pihak perlu mendorong supaya anak-anak  muda ini ketika masuk ke dunia digital tahu cara bagaimana memproduksi konten dengan baik.

“Hal-hal seperti itu yang perlu kita tanamkan dan perlu kita masukkan dalam kurikulum, sehingga mereka kemudian tidak gagap atau dan bisa menangkal konten yang menyesatkan saat menggunakan tehnologi digital,” katanya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini