TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Saban Minggu siang, kolong flyover Tomang, Jakarta Barat selalu ramai dikunjungi anak-anak.
Ternyata, lokasi tersebut menjadi tempat bagi para anak jalanan untuk belajar setiap hari Minggu siang.
Baca: Meresahkan, 17 Anak Jalanan di Pekalongan Diamankan Polisi
Beralaskan terpal dan beratap flyover yang membentang di atasnya, mereka menambah ilmu setiap pekannya.
Sekira 20 anak jalanan, mulai dari tingkat SD sampai SMA terlihat belajar di tempat ini.
Adalah Indar (45) yang menjadi penggerak kegiatan belajar di tempat ini.
Sudah sekitar 20 tahun, Indar mengadakan kegiatan belajar di tempat ini untuk anak-anak kurang mampu yang tinggal di sekitar fly over Tomang.
"Kita adakan kegiatan belajar ini setiap hari Minggu dari jam 1 siang sampai jam 4 sore," kata Indar saat berbincang dengan TribunJakarta.com, Minggu (24/3/2019).
Dalam mengajar anak-anak ini, Indar dibantu oleh beberapa relawan yang secara sukarela membantu anak-anak disini.
Mereka mengajarkan berbagai mata pelajaran yang biasa diajarkan di sekolah. Seperti matematika, ilmu pengetahuan alam, bahasa Inggris hingga bahasa Mandarin.
Terkait alasannya memilih mengajar anak-anak di tempat ini lantaran kawasan tersebut merupakan rute yang setiap hari dilaluinya dari rumah menuju kantornya.
Adapun latar belakang Indar ini memang merupakan seorang karyawan swasta.
Kala itu, hati nuraninya terketuk ketika melihat anak-anak yang seharusnya mendapatkan pendidikan justru terjun ke jalanan karena terhimpit masalah ekonomi.
Dari situ, ia mulai mengajak anak-anak itu untuk belajar dan mendirikan komunitas Street Kids Ministry.
Ia pun melakukan pendekatan kepada para orang tua anak-anak tersebut agar memperbolehkan anaknya belajar bersamanya tiap hari Minggu.
"Karena saat itu banyak anak-anak yang memang disuruh kerja sama orangtuanya seperti jadi pengamen atau pun berjualan tisu di lampu merah," kata Indar.
Bagi Indar, pendidikan memang hal yang penting bagi setiap anak.
Keterbatasan ekonomi tak boleh mematahkan mereka untuk terus bermimpi agar keluar dari jurang kemiskinan.
Karenanya, selain memberikan pejalaran tiap Minggu siang, ia juga memastikan anak-anak disini terus bersekolah hingga minimal lulus SMA.
"Mereka semua ini sekolah, enggak ada yang putus sekolah. Untuk keperluan sekolah mereka seperti seragam dan buku pelajaran kami bantu yang penting mereka bisa sekolah," katanya.
Menjadi pengajar bagi anak jalanan diakui Indar memang butuh kesabaran ekstra.
Terlebih, lingkungan mereka yang keras membuat banyak dari mereka 'dewasa' sebelum waktunya.
Belum lagi, ada orangtua yang memilih anaknya untuk bekerja ketimbang belajar.
"Banyak juga yang sudah belajar kesini tapi enggak datang lagi karena terpengaruh lingkungan," katanya.
Setelah sekitar 20 tahun itu mengabdi menjadi pengajar sukarela di tempat ini, Indar bersyukur bahwa banyak anak-anak yang diajarnya telah lulus sampai SMA.
Para alumni itu pun kini bisa bekerja di tempat yang layak, setidaknya tidak di jalanan.
"Yang sampai universitas memang belum, tapi setidaknya mereka bisa lulus sekolah dan sudah bekerja," kata Indar.
Selain mendapat pelajaran, anak-anak itu juga mendapatkan makanan yang dibagikan seusai jam belajar berakhir.
Semua kebutuhan itu, Indar mengaku menggunakan kocek pribadinya dengan dibantu para teman-teman relawannya yang peduli terhadap pendidikan anak tak mampu.
"Karena bagi saya mereka itu perlu makan makanan bergizi, setidaknya seminggu sekali pas setelah belajar disini," kata Indar yang memang peduli terhadap pendidikan anak tak mampu.
Baca: Aji Santoso Istilahkan Saddil Ramdani Sebagai Ali Topan Anak Jalanan
Kini, Indar berharap akan semakin banyak anak-anak yang ikut belajar di tempatnya begitupun dengan para relawannya.
"Karena bagaimanapun pendidikan itu penting sekali untuk masa depan mereka. Jangan sampai kemisikinan membuat mereka berhenti bermimpi untuk menggapai cita-citanya," kata Indar.
Penulis : Elga Hikari Putra
Berita ini telah tayang di Tribunjakarta.com dengan judul : Cerita Indar, 20 Tahun Jadi Pengajar Anak Jalanan di Kolong Fly Over Tomang