TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Situ Gintung yang renta terlantar memikul beban tak ada yang dengar rintihan keuzuran yang diam himpun nafas bertahan. Saat waktunya tiba tak satupun yang bisa hentikan, hanya gemuruh antar pesan kematian telah sampai menjemput badan.
Itulah sepenggal puisi karya HE.Benyamine yang dibacakan Komunitas Lari Ciputat Runners, saat menggelar acara doa bersama, di Monumen Tugu Situ Gintung, Rabu (27/3/2019) malam, memperingati 10 tahun musibah jebolnya situ gintung. Peserta yang hadir tampak khusyuk berdoa diterangi cahaya lilin.
Di acara ini hadir 40 orang anggota Ciputat Runners yang memang bermarkas di Situ Gintung yang berada di kawasan Ciputat, Tangerang Selatan, Banten ini.
“Kami mendoakan arwah para korban agar tenang di surga”, ujar senior member ciputat runners Tiko (52th). Lebih lanjut Tiko menjelaskan Acara ini juga dimaksudkan agar warga mau terus menjaga dan merawat danau buatan sejak jaman belanda ini. Danau seluas 21,4 hektar ini kini telah menjadi salah satu destinasi wisata favorit di tangerang selatan.
Jebolnya situ gintung terjadi pukul 04.30 wib, 27 Maret 2009 dan menelan korban 100 orang.