TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Badan Penanggulangan Bencana Daerah ( BPBD) DKI Jakarta mencatat titik banjir akibat luapan Sungai Ciliwung, Jumat (26/4/2019) subuh, sebanyak 32 titik.
Perlu upaya serius dari kepala daerah Jakarta dan Bogor untuk merevitalisasi Sungai Ciliwung agar warga tidak terus menerus menjadi korban setiap kali banjir menerjang.
Salah satu daerah yang terdampak luapan sungai Ciliwung, adalah Pejaten Timur, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Meski sudah surut, sejumlah warga belum bisa kembali ke rumahnya karena banjir masih menyisahkan lumpur yang tebal.
Baca: Pengamat: Pelebaran Sungai Kunci Atasi Banjir Jakarta
Ari santoso, Kepala Pleton Grup A Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Peyelamatan Kebakaran, Pasar Minggu , Jakarta Selatan, Sabtu (27/4/2019), mengatakan, setidaknya butuh waktu satu hingga dua minggu untuk penanggulangan pasca banjir terutama upaya membersihkan lumpur.
“RT RW cukup banyak yang terdampak seperti RT 017 RW 007, RT 005 RW 008, RT 001 RW 007, RT 16 RW 07, RT 11 RW 6, RT 12 RW 6, RT 12 RW 10. Beberapa warga sudah ada yang kembali. Namun, warga yang tinggal di bawah belum bisa kembali lumpur masih tinggi,” kata Ari.
RT 005 RW 008 merupakan salah satu wilayah terparah yang terdampak luapan banjir.
Sejumlah warga belum bisa pulang ke rumahnya karena tebalnya lumpur, salah satunya Nurhayati (24).
Mata Raditya (4), mulai sayu karena kantuk. Sang ibu, Nurhati lalu memeluk erat sembari meninabobokan anak pertamanya.
Nurhayati tidak sendiri, ibu lainnya Rani (30), juga belum bisa kembali ke rumahnya karena lumpur belum selesai dibersihkan.
Kakinya penuh bekas lumpur setinggi betis. Untuk satu malam lagi, ia bersama tiga anaknya Alya (5), Cesya (3), dan Arka (1), harus mengungsi sementara.
“Tadi baru ngecek rumah. Udah surut sih, tapi lumpurnya masih banyak. Tapi dinding bagian tengah dekat kamar mandi hancur’” kata Rani.
Bagi masyarakat yang tinggal di bantaran Sungai Ciliwung, banjir bukan peristiwa yang baru pertama kali terjadi, sejumlah warga ada yang menganggap biasa saja.
Namun, bagi Nurhayati dan Rani yang memiliki anak kecil peristiwa banjir sangat berat untuk mereka.
“Mau sampai kapan seperti ini, setiap banjir mengungsi. Tidak ada air bersih, listrik, kasihan anak-anak. Kami harap ada tindakan serius dari pemerintah. Ini parah dua kali diterpa banjir dan menenggelamkan rumah,” kata Nurhayati.
Revitalisasi
Walikota Bogor Bima Arya, mengatakan, upaya penanggulangan banjir perlu kerjasama dari instansi pemerintahan Jakarta dan Jawa Barat.
“Saat ini strategi untuk mengurangi air ke Jakarta melalui pembangunan kolam retensi di Cibuluh. Ini sudah dilakukan oleh pak Anies. Ke depan Pemprov DKI Jakarta akan membuat waduk-waduk kolam retensi di Bogor,” ujarnya.
Selain itu, Bima mengatakan, pengelolaan sampah juga perlu dikurangi melalui kerjasama dengan Pemprov Jakarta dan Jawa Barat.
“Kita da program naturalisasi sungai Ciliwung. Kita minta bantuan Kang Emil dan Mas Anies agar bisa mengelola Ciliwung untuk mengurangi sampah yang mengalir ke Jakarta,” ujarnya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul: Warga DKI: Sampai Kapan Kami Harus Mengungsi