Kisah Rumah Lies Nyempil di Tengah Apartemen Mewah, Punya Sejarah Hidup hingga Ditaku-takuti Preman
TRIBUNNEWS.COM - Lies (64) pemilik rumah yang nyempil di tengah apartemen mewah ini menceritakan kisahnya dalam mempertahankan salah satu hartanya ini.
Rumah Lies ini tepatnya berada di tengah tower Apartemen Thamrin Executive Residence, Jalan Kebon Kacang, Kampung Melati, Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Keberadaan rumah Lies sangat kontras terkepung oleh gedung sekitarnya yang menjulang tinggi dan mewah.
Rumah milik Lies tampak reyot dengan bangunan yang lebih rendah dari jalanan.
Baca: Tak Tergoda Tawaran Apartemen dan Uang Rp 3 Miliar, Ini Alasan Lies Menolak Rumah Tuanya Digusur
Lies mengakui jika dirinya merupakan satu-satunya orang yang memilih untuk mempertahankan rumahnya di tengah himpitan yang memaksanya untuk pindah.
Baca: 8 Hotel Murah di Batu Malang, Tarif Per Malam Mulai Rp 50 Ribuan
Baca: 5 Fakta Pria Tewas Diduga Dipukul Oknum Polisi: Berawal dari Ditilang hingga Minta Berhenti Dipukul
Ia menceritakan jika dahulu rumahnya tersebut sempat ditawar hingga Rp 3 miliar namun ia tetap menolak tawaran tersebut.
"Iya benar (pernah ditawar Rp 3 miliar dan satu unit apartemen). Tapi saya tidak mau dibayar berapa pun rumah ini saya tidak sudi dibeli. Mereka mah cuma mau kuasai tanah ini. Ini tumpah darah saya di sini, saya lahir, sampai gede begini ada di rumah ini. Pokoknya rumah ini nyaman dan saya sayang dengan rumah ini," ujar Lies dikutip dari kompas.com.
Dirinya tak mau pindah lantaran rumah reyot miliknya tersebut memiliki sejarah hidup baginya.
Rumah tersebut merupakan rumah pemberian nenek moyangnya sejak dulu.
Di rumah ini terdapat kenangan yang ia miliki sejak dirinya kecil pun ada di rumah reyot nan usang itu.
Baca: Pembunuhan di OKU Selatan, Warga Way Kanan Lampung Tewas Bersimbah Darah Tikam Pengawas Proyek
Baca: MULAI TERUNGKAP Misteri Pembunuhan Model Panas Thailand: Diduga Diperkosa Temannya Saat Mabuk
Kemudian, Lies menceritakan asal mula lingkungan rumahnya sebelum dikepung apartemen mewah.
"Dulunya cuma ada dua hingga tiga rumah lah, itu juga rumah saya dan keluarga saya samping-sampingan. Dahulu tidak masuk listrik di sini pas zamannya Belanda dan Jepang menjajah Indonesia," ujar Lies kepada Kompas.com saat ditemui di rumahnya, Jumat (20/9/2019).
Rumahnya baru mendapatkan pasokan listrik pada 1990-an.
Saat itulah mulai banyak masyarakat bermukim di kawasan tersebut.
"Ya ada lah sepuluh rumah yang tinggal di sini cuma emang jaraknya berjauhan," kata Lies.
Baca: Curhatan Lies, Pemilik Rumah Nyempil di Apartemen Mewah: Sulit Air hingga Tolak Uang Rp 3 miliar
Baca: Foto Syur 2 Guru Honorer di Purwakarta: Penyebar Dijerat UU ITE, Keduanya Langsung Diberhentikan
Namun, disayangkan Lies, hal itu tidak berangsur lama, karena mulai ada rencana pembangunan Gedung Apartemen Thamrin Executive Residence.
Setiap warga yang tadinya bermukim mulai diminta pindah satu per satu oleh pihak kontraktor.
Hingga akhirnya, kini hanya Lies menjadi satu-satunya warga yang bertahan.
Lies mengatakan bahwa dirinya pernah mendapatkan ancaman dari preman agar pindah.
Lies bercerita, pengelola apartemen menggunakan preman untuk meminta dirinya dan warga lainnya pindah.
Saat itu para preman yang disewa pengelola membuat ricuh kampungnya.
Baca: Sudah Sedih Ditambah Kaget Juga Sang Ibu Lihat Putri Sulung Tewas Bersama Bayi 4 Hari
Baca: Deretan Pesawat Paling Mewah di Dunia, Milik Seleb Dunia hingga Presiden
Bahkan, kala itu Lies sempat berjualan nasi di depan rumahnya dan kerap ditakut-takuti oleh preman suruhan pengelola apartemen.
"Beh dulu saya saja yang jualan di situ ya, para preman itu pada makan di warung saya. Eh pas habis malah tidak dibayar, malah pas ditagih ngamuk berantakin warung saya sampai saya kebalikin aja jualan saya ke mereka. Rugi yang ada saya," cerita Lies.
Tak hanya dirinya saja yang merasakan hal tersebut, ternyata beberapa warga lainnya pun mendapat nasib yang sama sepertinya dirinya.
Warga sekitar sempat mendapat perlakuan yang menganggu kentraman.
Karena merasa tak nyaman selalu ditakut-takuti para preman hingga akhirnya para tetangga Lies memilih untuk pindah.
Hanya Lies yang berani bertahan menghadapi para preman itu.
Hingga kini hanya rumahnya yang bertahan dan dikelilingi tower apartemen.
"Ya kan dibikin rese kampung ini lama-lama akhirnya pada kabur, rumah warga pada dijual-jualin dengan harga semau dia (warga), capek kali ketenangannya diusik. Kalau saya kan tidak takut, banyak lah saudara saya perwira, abang saya saja pangkatnya sudah tinggi," ucap Lies.
Baca: Orangtua yang Paksa Anaknya Mengemis di Aceh Ternyata Pakai Uangnya untuk Berjudi dan Beli Sabu
Baca: Demi Menghemat Bujet, Keluarga Ini Rela Tidur di Jalanan Saat Liburan di Italia
Kesedihan Lies tak hanya sampai disitu, ia menceritakan bagaimana dirinya diperlakukan secara tidak adil oleh pihak pengelola apartemen.
Pasalnya rumah Lies seringkali dianggap benalu bahkan uban yang harus ditutup-tutupi keberadaannya.
"Ini saja jalan ke bawah, tembok tinggi semua yang bangun pengelola supaya rumah saya tidak keliatan warga. Eh ini malah mau menutup rumah saya dengan tembok," ujar Lies.
Tidak cukup menutup setengah rumahnya menggunakan tembok berisi tanaman-tanaman hijau, rumah Lies pun sempat akan ditutupi tembok seluruhnya.
Namun, hal itu langsung ditolaknya. Ia menilai para pengelola tak berprikemanusiaan.
"Kalau ditembok semua, bagaimana saya keluar? Apa saya punya sayap yang bisa terbang?" kata Lies pada Jumat (20/9/2019).
Lies juga pernah mematahkan besi-besi yang diletakkan pengelola di area masuk rumahnya.
Ia juga menjelaskan jika dirinya sempat dimintai uang parkir.
"Pernah dimintai untuk Rp 500.000 mobil dan Rp 300.000 motor per bulannya. Saya tidak mau, akhirnya sekarang gratis. Enak saja mereka minta-minta ke saya, orang ini tanah juga tanah nenek moyang saya," kata Lies dengan nada tinggi.
(Tribunnews.com/Anugerah Tesa Aulia/Kompas.com/Cynthia Lova)