TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Gatot Eddy Pramono mengatakan sejumlah mahasiswa diketahui harus mendapatkan perawatan pasca aksi unjuk rasa di depan Gedung DPR RI, Selasa (24/9) kemarin.
Ia mengatakan pihaknya terpaksa menembakkan water canon dan gas air mata lantaran aksi berujung ricuh, serta massa mulai merusak fasilitas umum.
Akibatnya, kata dia, 11 mahasiswa diketahui harus melakukan rawat inap. Sementara 254 lainnya menjalani rawat jalan di sejumlah rumah sakit.
"Kita sudah mendapatkan data, ada sebanyak 254 yang dirawat jalan di beberapa rumah sakit, kemudian ada 11 rawat inap," ujar Gatot di Mapolda Metro Jaya, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Selatan, Rabu (25/9/2019).
Ia menjelaskan kepolisian hingga saat ini masih melakukan pendalaman terkait apa yang menjadi penyebab para mahasiswa tersebut terluka dan harus dirawat.
Jenderal bintang dua itu menegaskan jajarannya akan langsung meninjau ke tempat rumah sakit dimana mahasiswa dirawat.
Namun, ia tak menyebut rumah sakit yang dimaksud.
"Ada adik-adik mahasiswa yang terkena gas air mata, mungkin karena terkena gas air mata, mereka lari dan sebagainya, nanti kita masih akan dalami penyebabnya oleh dokter kenapa yang bersangkutan nantinya. Nanti Pak Kabiddokes akan melihat ke rumah sakit di mana adik-adik kita dirawat," kata dia.
Seperti diketahui, puluhan mahasiswa yang berunjuk rasa di depan Gedung DPR RI, Selasa (24/9) tengah dirawat di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP), Jakarta Selatan.
Kepala Humas RSPP, Agus Susetyo, mencatat lebih dari 76 mahasiswa sejumlah universitas sempat dilarikan ke RSPP. Rata-rata keluhan yang dialami yakni kelelahan hingga luka akibat bentrok.
Baca: Kronologi Demo Mahasiswa Ricuh di DPR: 11 Mahasiswa Pingsan, Ketua DPR RI Ikut Terkena Gas Air Mata