TRIBUNNEWS.COM, BOGOR - Garis polisi terpasang di rumah AB, dosen Institut Pertanian Bogor di Margajaya, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Minggu (29/9/2019).
Pantauan TribunnewsBogor.com, rumah tersebut tampak kosong tak berpenghuni.
Sementara di garasi masih terparkir satu unit mobil sedan silver, satu unit motor roda dua dan sebuah sepeda.
Kasubag Humas Polrestro Tangerang, Kompol Abdul Rachim, menjelaskan 6 pelaku memiliki peran masing-masing.
"Dari pihak Polres hanya melakukan back up. Diamankan oleh pihak Polda dan Densus," ujar Rachim kepada Warta Kota pada Minggu (29/9/2019).
Wartawan TribunnewsBogor.com hanya diperkenankan melihat kondisi rumah AB lebih dekat dengan waktu terbatas oleh pihak kemananan perumahan.
Selain itu, kondisi di sekitaran rumah itu juga terpantau cukup sepi dari para penghuni rumah lainnya.
Jaenudin, petugas keamanan perumahan, mengatakan penghuni rumah memang dosen.
"Iya, yang saya tahu beliau emang dosen. Tinggal sama istrinya, sekarang kosong," kata Jaenal saat berbincang dengan TribunnewsBogor.com.
Ia mengaku tidak mengetahui pasti kapan rumah itu disegel polisi.
Jaenudin sudah mendapatkan garis polisi terpasang pada Sabtu (28/9/2019) malam setelah bertukar shift jaga dengan rekannya.
"Saya sudah gak lihat beliau itu udah sekitar tiga hari yang lalu," katanya.
Rektor IPB Kaget
Rektor IPB Arif Satria terkejut mendengar dosen AB diciduk oleh polisi atas dugaan menyuruh membuat bom molotov.
AB ditangkap saat keluar dari rumah SS di Perum Taman Royal 2, Jalan Hasyim Asyari, Kota Tanggerang.
"Saya terkejut sekali dengan berita tersebut," kata Arif saat dihubungi wartawan di Jakarta, Minggu (29/9/2019).
Menurut informasi yang didapat, AB berperan menyuruh membuat bahan peledak sejenis bom molotov dan menyimpannya di rumahnya.
Arif mengaku Minggu malam ini akan mendatangi Polda Metro Jaya untuk melihat AB yang ditangkap di Kota Tangerang.
"Malam ini saya menjenguk beliau di Polda Metro Jaya dan berkoordinasi dengan Polda Metro Jaya," ujar Arif.
Data yang dihimpun Warta Kota, AB merupakan aktor intelektual dalam rencana ini.
"Dari semua yang ditangkap, masing-masing memiliki peran," ucap Kasubag Humas Polrestro Tangerang, Kompol Abdul Rachim.
AB berperan menyuruh membuat bahan peledak jenis bom.
Sebanyak 29 bahan peledak jenis bom molotov pun disita polisi dari lokasi penangkapan.
Sedangkan SS berperan memberikan bom molotov tersebut kepada OS.
SS juga menentukan target dan selaku koordinator aksi untuk membuat huru-hara.
Sementara pelaku SG merakit bom tersebut.
Ia juga mempersiapkan massa perusuh untuk masuk dalam Aksi Mujahid 212.
Sedangkan pelaku YF dan AU memiliki peran yang sama.
Keduanya sebagai eksekutor.
Pada Sabtu pagi sampai sore, massa Aksi Mujahid 212 Selamatkan NKRI berunjukrasa di sekitar Masjid Istiqlal hingga Bundaran Hotel Indonesia.
Massa Aksi Mujahid 212 Selamatkan NKRI tak jadi merangsek ke depan Istana Merdeka karena Jalan Merdeka Barat telah ditutup dengan kawat berduri.
Mereka pun hanya berorasi di sekitar Patung Arjuna Wiwaha atau Patung Kuda.
Menjelang petang, massa aksi membubarkan diri dengan tertib untuk pulang ke rumah masing-masing. Sepanjang aksi berlangsung damai.