News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Cerita Angga Ubah Stigma Duri Pulo 'Rawan Tawuran' Lewat Musik Reggae

Editor: Imanuel Nicolas Manafe
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sosok Angga Rahmana, petugas PPSU Duri Pulo yang berangkat ke Seoul pada Rabu (2/10/2019)

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kelurahan Duri Pulo, Kecamatan Gambir, Jakarta Pusat menjadi salah satu wilayah yang menjadi zona merah di Ibu Kota.

Rawan narkoba, aksi kriminal, dan tawuran anak-anak muda melekat di wilayah ini.

Bermula dari kesadaran diri Angga Rahmana (30) yang prihatin dengan lingkungannya tinggal, ia pun berusaha mengubah sisi kelam itu.

Pria yang bekerja sebagai Petugas Penanganan Pra Sarana dan Sarana Umum (PPSU) Duri Pulo itu meredam aksi tawuran lewat acara musik Reggae yang dibuatnya.

Perlahan zona merah itu mulai terkikis menunjukkan sisi terangnya.

• Berlangsung Live Streaming PUBG Mobile PMCO Fall Split SEA League, Bigetron RA Vs 4 Tim Thailand

Berkat perjuangan dan pengalamannya itu juga lah, Angga lolos seleksi sebagai peserta Seoul Sister City yang diselenggarakan Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) DKI.

Sejak tahun 2002, Angga melihat di lingkungannya seringkali terjadi tawuran.

Lingkungannya banyak ditinggali oleh anak-anak muda tanggung.

Banyak anak muda dari the Jak, fans Persija Jakarta dan Viking, fans Persib Bandung tinggal di Duri Pulo.

Mereka pun hidup berkelompok dan mudah sekali bentrok.

Aksi tawuran kedua pihak itu selalu pecah di wilayah Duri Pulo itu.

"Di Duri Pulo itu unik, ada satu kampung tinggal pendukung the Jak dan Viking, bentrok mulu. Tawuran seperti minum obat. Sehari bisa tiga kali," terangnya kepada TribunJakarta.com pada Rabu (2/10/2019).

Sosok Angga Rahmana, petugas PPSU Duri Pulo yang berangkat ke Seoul. (TRIBUNJAKARTA.COM/SATRIO SARWO TRENGGINAS)

Satukan Anak Muda Lewat Acara Musik Reggae

Jengah dengan kondisi itu, Angga berinisiatif menghapus citra buruk yang tersemat pada nama Duri Pulo.

Ia berkeinginan memutus rantai permusuhan antar anak muda di kampungnya itu.

Pada tahun 2013, Angga membuat acara musik dengan hasil dari dana sukarela warga, sponsor maupun pemerintah.

Acara itu bukan berasal dari pihak kelurahan atau pemerintah melainkan berangkat dari kesadaran Angga dan pemuda-pemuda lainnya.

"Saya datengin satu per satu dari berbagai kelompok di wilayah saya ada dari anak the Jak, Viking, dan remaja Masjid," katanya.

• Anies Baswedan Sebut Pemprov DKI Jakarta akan Buat Lintasan Formula E di Monas, Pakai Aspal Khusus

Acara musik reggae itu mengundang band-band yang secara sukarela tampil di atas panggung.

Bahkan, anak-anak muda di lingkungannya pun bisa turut tampil menunjukkan kebolehannya bermusik.

"Saya ingin menyelesaikan masalah itu, saya buat acara musik dan melibatkan kedua belah pihak jadi anggota," tambahnya.

Acara yang berjudul One for All itu sengaja diadakan di bulan Oktober demi menyambut hari Sumpah Pemuda.

Alasannya, nama One for All untuk menyatukan banyak kelompok dari anak-anak muda di Duri Pulo.

Di acara itu, mereka pun mengadakan bakti sosial untuk warga kurang mampu.

Anak-anak muda itu membantu memberikan santunan kepada anak yatim dan menuntun orang-orang jompo.

"Setelah acara itu, Kapolsek dan Lurah memberikan kita kesempatan lagi. Karena acara dinilai berhasil menyatukan kedua pihak itu," lanjutnya.

Acara musik itu menjadi acara tahunan yang digelar di lingkungan Duri Pulo.

Tak sebatas musik tapi juga adanya bakti sosial berupa santunan anak yatim, khitanan massal, hingga nikah massal.

Tawuran kedua fans itu pun berkurang meski diakui tak berhenti total.

"Tapi udah enggak sering lagi semenjak ada acara musik," tambahnya.

Lewat "One for All", acara-acara lain yang dibuat oleh anak-anak muda Duri Pulo mulai bermunculan.

Masuk PPSU hingga ke Korea

Pria anak tiga ini pernah membantu pihak kelurahan Duri Pulo dalam membuat sebuah situs kelurahan.

Beberapa kali Angga membantu pihak kelurahan itu tanpa mengharapkan imbalan.

Lurah Duri Pulo kemudian mengajaknya untuk menjadi PPSU.

"Pak Lurah pun menawari saya untuk menjadi petugas PPSU. Yang terpenting saya bisa beradaptasi," katanya.

Menjadi petugas PPSU bukan berarti pekerjaannya fokus dengan kebersihan.

Angga malah dipercayai bekerja di dalam kantor sebagai operator keuangan.

Hingga kini ia masih aktif terjun di kegiatan bermasyarakat, terutama membantu acara-acara yang dibuat anak-anak muda di Duri Pulo.

Belakangan, Angga mendapatkan undangan dari Dispora DKI untuk menghadiri seleksi Seoul Sister City.

Ia pun diminta untuk memaparkan pengalamannya selama enam menit di lingkungan masyarakat.

"Saya paparkan tentang kegiatan yang selama ini berjalan seperti acara one for all dan lain-lain. Dari 30 peserta diambil 15 peserta," katanya.

Angga pun lolos seleksi untuk berangkat pergi ke Seoul.

Rencananya di Seoul, Angga akan mempelajari program kepemudaan di Korea Selatan selama seminggu.

Ia akan menuju berbagai tempat-tempat yang dinilai baik dari segi kepemudaannya lalu menularkan pengalamannya ke Duri Pulo.

Angga pantas berbangga lantaran dari semua peserta yang berangkat, hanya Angga yang tamatan SMP.

"Itu kebanyakan mahasiswa dari UIN, UNJ hingga UIN yang berangkat ke Korea. Saya doang yang SMP," katanya seraya tertawa.

"Kesempatan yang diberikan Allah Swt itu kepada kita sama. Tinggal bagaimana kita meraih kesempatan itu dan memanfaatkannya," tandasnya.

Penulis: Satrio Sarwo Trengginas

Artikel ini telah tayang di Tribunjakarta.com dengan judul: Kisah Angga, Seorang Anggota PPSU yang Satukan The Jak dan Viking, Berangkat ke Seoul Berkat Reggae

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini