"Anak-anak semenjak dibongkar ya tidak sekolah, tidak masuk, karena sepatu dimana, seragamnya dimana gitu, jadinya nggak sekolah," ungkapnya.
Dirinya mengaku sudah tidak ada tempat tinggal lagi, terutama tempat untuk berteduh.
"Nggak ada lagi tempat berteduh, ya begini saja tidak ada tempat tinggal," ujar Tia.
Ia kemudian berharap warga tetap bisa tinggal di lokasi tempat tinggalnya sebelum digusur.
Tia beralasan karena sudah berpuluh-puluh tahun tinggal di sana, dirinya tidak ingin pindah ke lokasi lain.
"Harapannya warga tetap tinggal di sini, karena sudah berpuluh-puluh tahun ada di sini," ujarnya.
Sebelumnya, Kuasa Hukum warga Sunter Agung, M Furqon mengatakan, warga sudah berpuluh-puluh tahun tinggal di sana, selain sebagai tempat tinggal, warga juga membangun tempat usaha di lokasi tersebut
"Ditanya terkait aktivitas warga ke depan seperti apa, kita lihat saja, warga ya hanya bertempat tinggal di sini, artinya mereka sudah berpuluh-puluh tahun menempati lokasi ini, yang tadinya kondisinya tanah rawa-rawa, mereka hidup membangun usaha, mereka tetap sebagai warga negara, warga DKI sini," ungkapnya.
M Furqon berharap nantinya warga tetap mendapat pekerjaan di lokasi tersebut seperti sebelumnya.
"Mereka harapannya tetap bisa mencari nafkah di tempat ini, seperti itu," lanjutnya.
Sementara, pihak Kecamatan Tanjuk Priok mengaku telah memberikan solusi kepada warga yang terkena dampak penggusuran.
Warga diberi solusi untuk tinggal di rumah susun, namun warga menolak dengan alasan tidak ada tempat untuk bekerja.
Camat Tanjuk Priok Syamsul Huda mengatakan, warga Sunter Jaya sudah mengetahui bahwa lokasi yang mereka jadikan tempat tinggal adalah tanah tidak berizin.
"Pada dasarnya mereka itu menyadari ya, bahwa dia nempatin disini tidak pada tempatnya, dia menyadari," ujarnya.