Di balik punggungnya, ibu Lidia menguntit dengan lari tak kalah terbirit.
Hanya berjarak 50 meter dari warungnya, Lidia yakin tangis bayi itu mengudara dari dalam kardus yang tertutup rapat di pinggir gang yang memisahkan warungnya dengan Sekolah Mahanaim.
Kardus itu teronggok persis di tepi luar dinding sekolah, berhadap-hadapan dengan Panti Asuhan Rumah Shalom di seberangnya.
Tanpa pikir panjang, Lidia refleks menggeledah kardus itu dan mendapati sesosok bayi mungil dengan pakaian lengkap tengah menangis.
Di dalam kardus yang dikira paket barang tersebut, tersimpan pula beberapa keperluan si bayi.
Ada pakaian lengkap, gurita, popok, selimut, hingga bedak bayi.
Selain itu, terselip pula secarik surat wasiat dari seseorang yang mengaku sebagai ibunda bayi tersebut.
Dari surat itu, Lidia tahu bahwa bayi itu berusia tiga minggu dan mungkin hendak dititipkan oleh bundanya ke Panti Asuhan Rumah Shalom karena terjepit keadaan, entah apa, tetapi melalui cara yang aneh.
Baca: Polisi Duga Mayat Dalam Koper di Bogor Seorang WNA
Isi surat Secarik surat itu ditulis bolak-balik menggunakan tinta pulpen warna hitam. Surat itu anonim.
Si penulis hanya mengaku bayi itu sebagai buah hatinya. Begini tulisnya:
Untuk anakku sayang.
7 November 2019 Kamu terlahir di dunia, bayi kecil yang sangat cantik.
Kami menyayangimu, Nak.