TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Seorang wanita tua tinggal bersama keluarganya di Kampung Marunda Kepu, RT 08/RW 07 Kelurahan Marunda, Cilincing, Jakarta Utara.
Nenek bernama Sartiah itu diyakini keluarganya sudah berusia sekitar 120 tahun.
Tubuhnya yang renta dikalahkan dengan keramahannya saat menyambut tamu baru.
Ia mengenakan kebaya batik dengan kupluk hijau di kepalanya.
Penglihatan dan pendengaran Sartiah sudah menurun seiring penuaan pada dirinya.
Namun, cara dia berbicara masih semangat.
Suaranya lantang dan bergetar di tengah-tengah terkaannya pada setiap pertanyaan terlontar.
Sartiah mengaku merantau ke Jakarta saat zaman penjajahan, sekitar tahun 1930-an.
Kala itu, ia bersama teman-temannya berjalan kaki dari tempat kelahirannya di Serang, Banten.
"Tahun 1934 itu saya jalan kaki lima hari lima malam. Sampe ke Jembatan Lima (Jakarta Barat)," cerita Sartiah, Senin (2/12/2019).
Awal kehidupan di Jakarta diawali Sartiah dengan berjualan ubi di kawasan yang dulu dikenal bernama Gudang Baru di daerah Koja, Jakarta Utara.
"Terus saya jualan ubi di Gudang Baru. Terus pindah ke Marunda lupa tahun berapa," katanya.
Banyak pekerjaan yang Sartiah pernah arungi sebelum purna dan kini berdiam di rumah.
Selain berdagang, Sartiah pernah bekerja juga sebagai pengupas kulit kerang di Marunda.