Sebelumnya, Anthony merasa heran dengan rencana Anies Baswedan dalam pengadaan toa demi peringatan dini bencana di Jakarta itu.
Jika Anies Baswedan lebih mengutamakan peringatan dibanding pencegahan, Anthony menilai seolah-olah bencana banjir tidak bisa dicegah.
"Jadi kalau kita mempermasalahkan sekarang kok jadi isunya peringatan dini, berarti seakan-akan, ini sesuatu yang tidak bisa dicegah jadi perlu diperingatkan," ujar Anthony.
"Ini kita enggak masuk sumber akar masalahnya," sambungnya.
Anthony menyebut yang diutamakan harusnya pencegahan lantaran banjir masih bisa diusahakan untuk tidak terjadi.
"Masalahnya adalah kita harus adanya pencegahan, bukan cuma peringatan," kata Anthony.
Dengan demikian, rencana Anies Baswedan ini sama saja menunjukkan adanya kegagalan dalam mencegah banjir lantaran langsung fokus pada peringatan.
Lain halnya dengan bencana alam yang sifatnya tiba-tiba dan sulit diprediksi seperti gempa bumi, maka peringatan harus diprioritaskan.
"Peringatan itu menunjukkan adanya kegagalan pencegahan, ini beda. Kecuali misalnya untuk bencana-bencana alam yang mungkin tidak bisa dimitigasi," terang Anthony.
"Kayak misalnya enggak bisa di-forecast atau enggak bisa diramal seperti misalnya gempa bumi, itu cukup sulit," sambungnya.
"Tapi kalau misalnya banjir, itu sesuatu yang bisa dicegah."
Anthony kemudian menyindir apakah pihak Pemprov Jakarta sudah menganggarkan untuk tindakan pencegahan banjir.
"Masalahnya kita lihat ada prioritas penganggaran enggak dari Pemprov untuk ini? Ada enggak yang sudah dikerjakan selama dua tahun ini?" sindirnya.
Anthony menegaskan harusnya anggaran Rp 4 miliar itu lebih diutamakan untuk pencegahan hingga tuntas.