TRIBUNNEWS.COM - Anggota DPRD DKI Jakarta Fraksi PSI, William Aditya Sarana sempat megomentari rencana Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan untuk menggunakan toa sebagai peringatan banjir.
William menilai penggunaan toa sebagai hal yang kuno dan malah seperti peringatan yang digunakan saat Perang Dunia II.
Anggota DPD DKI Jakarta Fahira Idris pun membalas sindiran William itu saat tersambung telewicara dengan Politisi PSI Anthony Winza.
Dilansir Tribunnews.com, sindiran Fahira Idris itu dilontarkan dalam tayangan KOMPAS PETANG dalam YouTube KOMPASTV, Kamis (16/1/2020).
Awalnya, Fahira Idris memberi klarifikasi terkait kabar anggaran Pemprov Jakarta Rp 4 miliar untuk pengadaan toa peringatan banjir.
Fahira Idris membeberkan bahwa dana sebesar itu tidak hanya untuk membeli toa, namun membangun stasiun peringatan dini.
Ia berpendapat anggaran Rp 4 miliar sudah sesuai dengan apa yang dibutuhkan, sehingga sudah disetujui oleh DPRD Jakarta.
"Angka Rp 4 miliar untuk membangun 6 stasiun peringatan dini dan 6 set disaster warning system saya rasa sudah sesuai, makanya disetujui oleh DPRD dan sekarang sudah menjadi APBD," terang Fahira Idris.
Fahira Idris kemudian menjawab sindiran PSI terkait keefektifan penggunaan toa sebagai peringatan banjir.
Ia menyinggung soal sindiran penggunaan toa yang dinilai kuno dan seperti perang dunia.
"Soal efektivitas penggunaan toa untuk peringatan dini, soal ini juga tidak kalah ramainya kan," kata Fahira Idris.
"Ada yang bilang kunolah, ada yang bilang seperti peringatan perang dunia kedua, macam-macamlah."
Fahira Idris membalas ucapan itu dengan balik menyindir bahwa PSI tidak tahu betul soal bencana lantaran tidak terjun langsung ke lapangan.
"Orang-orang yang ngomong kayak gini, selain tidak paham soal peringatan dini, juga sepertinya tidak pernah turun saat bencana datang," sindir Fahira Idris.