TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Meski usia sudah memasuki 76 tahun, kakek Iskandar masih terlihat semangat berjualan tape.
Dengan langkah yang tertatih, Iskandar mendorong gerobak kayu berisikan tape berkeliling pemukiman.
Topi caping berwarna biru muda itu melekat di kepalanya, melindunginya dari sengatan sinar matahari ataupun rintik hujan.
"Sudah lelah, makanya ini mau pulang," ujarnya kepada TribunJakarta.com, Senin (20/1/2020).
Sejak 15 tahun lalu, Iskandar memutuskan untuk menjadi penjual tape dengan sistem setoran.
Hal ini lantaran, usaha yang ia rintis sejak bujang bangkrut selepas krisis moneter.
Mulanya, di tahun 1965, ia merantau dari Ciawi, Jawa Barat ke Jakarta karena ajakan teman sekampungnya.
Sesampainya di Jakarta, ia bekerja sebagai pedagang minyak sayur pikul keliling kampung.
Sembari mengumpulkan modal, akhirnya Iskandar memberanikan diri untuk bangkit dan memiliki usaha sendiri tanpa berpangku tangan pada bosnya.
"Awalnya saya melihat tukang kredit perabotan. Karena tekad kuat akhirnya saya bisa jadi penjual kredit. Saya hutangin ke tiap-tiap warga. Tapi pas krismon itu bangkrut semua. Kan kala itu harga mahal-mahal," sambungnya.
Bertahun-tahun jatuh bangun dengan bekerja serabutan, akhirnya di tahun 2005 ia memutuskan berjualan tape akibat modal yang tak mencukupi.
"Bukan menyerah, karena modal yang saya kumpulkan terus saja habis untuk kebutuhan istri dan 4 anak di kampung, akhirnya saya putuskan bekerja lagi sama orang," ungkapnya.
Saat ini, untuk satu kilogram tape yang dibawanya ia harus membayar sebesar Rp 5 ribu dan menyewa gerobak perhari seharga Rp 1.500.
"Tiap malam diantar ini tape dari Cijantung ke Bekasi. Sekitar 30-35 kg pasti dianter. Tapi biaya setoran saya ditambah karena saya pinjam gerobak ini. Kan hitungannya sewa juga," jelasnya.
Antarkan anak ke Dinsos
Di usia yang sudah senja, Iskandar mengungkapkan sangat ingin beristirahat.
Namun, keinginannya ini masih terhalang karena ia masih memiliki tanggungan istri, Oom Komala dan satu anak yang mengalami gangguan kejiwaan, Fatah Hermawan (35) yang perlu dibiayai.
Diceritakan Iskandar, satu diantara 4 anaknya mengalami gangguan kejiwaan sejak beberapa tahun lalu.
Usai lulus Sekolah Menengah Kejuruan, Fatah hanya sempat merasakan kerja beberapa bulan saja.
Sampai klimaksnya, dokter mengatakan Fatah menderita paranoid atau gangguan mental yang diderita seseorang yang meyakini bahwa orang lain ingin membahayakan dirinya.
"Awalnya dia cuma diam aja, istilahnya bengong gitu. Sampai tiba-tiba ngamuk dan dibawa ke dokter. Nah itu katanya paranoid," katanya.
Kala itu, berbagai pengobatan terus dilakukan sampai Fatah diobati ke ustaz.
Namun, semakin hari kondisi Fatah semakin mengkhawatirkan, sampai salah seorang warga menyarankan untuk menyerahkan Fatah ke Dinas Sosial Kota Bandung.
"Sekarang gini aja hubungi kepala kampung dulu, baru ke lurah biar dia (lurah) suruh bilang babinsa untuk bawa Fatah," ujar satu diantara warga saat itu.
"Di situ kondisi anak saya bisa dibilang kayak orang gila. Makanya pas warga tahu disarankan begitu. Akhirnya saya ikuti dan anak saya dibawa Dinsos Kota Bandung," ungkapnya.
• Cara Mengecilkan Pori-pori Menggunakan 5 Bahan Alami, Jeruk Nipis hingga Lidah Buaya
• Polres Pelabuhan Tanjung Priok Bongkar Praktik Miras Oplosan di Botol Chivas Regal hingga Cointreau
Selama sebulan, Fatah mendapatkan perawatan sebelum dipulangkan kembali ke orang tuanya.
"Nah pas sebulan katanya kondisi anak saya membaik. Saya di telepon suruh jemput. Ya itu sekarang ada di rumah tapi enggak bisa ngapa-ngapain. Kayak orang mati otak aja. Nanti suaranya keras tiba-tiba," katanya.
"Akhirnya saya berpikir enggak bisa berhenti kerja. Saya masih mau obatin dia sampai sembuh dan enggak mau menyusahkan anak lainnya yang hidupnya juga pas-pasan," tambahnya.
Saat ini, penghasilan bersih Iskandar perharinya berkisar Rp 35 ribu sampai Rp 40 ribu.
"Saya enggak pernah libur dagang. Tiap hari selalu keliling biar bisa kirim uang ke kampung. Biarpun pengobatan Fatah gratis tapi kan butuh biaya ke RS nya. Alhamdulillah Rp 35 ribu pasti dapat," tandasnya.
Artikel ini telah tayang di Tribunjakarta.com dengan judul: Kisah Jatuh Bangun Iskandar 15 Tahun Jualan Tape Demi Biaya Berobat Anak Penderita Gangguan Jiwa