News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Imlek 2020

Asal Usul Nama Glodok, Kawasan Pecinan di Jakarta Barat

Editor: Willem Jonata
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

FESTIVAL PECINAN 2019 - Beragam pertunjukan kesenian dan fashionshow ditampilkan pada hari terakhir penyelenggaraan Festival Pecinan 2019 di kawasan Jalan Pancoran, Glodok, Jakarta Barat, Rabu (20/2/2019). Warga sangat antusias menyaksikan acara yang digelar` dalam rangka peringatan Hari Cap Go Meh ini, mereka terlihat bagitu menikmati berbagai sajian hiburan yang ditampilkan. WARTA KOTA/Nur Ichsan

TRIBUNNEWS.COM - Kawasan Glodok di Tamansari, Jakarta Barat, saat ini dikenal dengan nama Pecinan. 

Sebab, kita bisa lebih banyak menemukan masyarakat keturunan Tionghoa yang beraktivitas di daerah tersebut.

Para warga keturunan Tionghoa beraktivitas sebagai pedagang ataupun wiraswasta yang membuka restoran-restoran khas China.

Ketika perayaaan Imlek tiba, lampion-lampion yang didominasi warna merah siap menghiasi kawasan Glodok.

Pernahkah terlintas di benak kita, dari mana asal warga China tersebut? 

Mengapa banyak warga China menempati kawasan Glodok? Lalu, apa arti nama Glodok itu sendiri?

Arti nama Glodok

Dikutip dari buku Ensiklopedia Jakarta yang ditulis Dinas Kebudayaan dan Kemuseuman DKI Jakarta, banyak pendapat terkait asal-usul nama Glodok.

Baca: Tergenang Air, Pengunjung Vihara Dharma Bakti Jakarta Barat Tetap Ramai

Baca: Menggali Makna Makanan Khas Imlek Kue Keranjang di Pasar Petak Sembilan Glodok

Salah satunya adalah "Glodok" berasal dari kata "Grojok" yang artinya onomatopi suara kucuran air dari pancuran.

Alasan pemberian nama itu karena pada zaman penjajahan Belanda, terdapat semacam waduk penampungan air dari Kali Ciliwung yang dikucurkan dengan pancuran terbuat dari kayu.

Baca: Vihara Dharma Bhakti Berikan Pelayanan Gratis Longevitologi atau Pengobatan dengan Tenaga Dalam

Ketinggian waduk tersebut sekitar 10 kaki. Warga keturunan Tionghoa yang menempati kawasan itu tak bisa mengucapkan kata Grojok.

Mereka mengucapkan kata Grojok menjadi Glodok, sesuai dengan lidah mereka.

Pendapat lainnya tentang pemberian nama Glodok berasal dari sebutan terhadap jembatan yang melintas di Kali Besar (Kali Ciliwung) di kawasan itu yang diberi nama Jembatan Glodok.

Pada jembatan tersebut, dibangun tangga-tangga yang menempel pada tepi Kali Besar yang digunakan untuk mandi dan mencuci.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini