TRIBUNNEWS.COM, DEPOK - Vendor foto yang berbasis di kota Depok, Alienco Photography menawarkan jasa foto dan video pernikahan gratis untuk para korban penipuan wedding organizer Pandamanda.
Jasa foto dan video pernikahan gratis tersebut diberikan sebagai bentuk simpati atas peristiwa yang menimpa para korban.
"AliencoPhoto memberikan gratis jasa foto dan video khusus untuk para korban penipuan wedding organizer @gallery_pandamanda, ini kita berikan sebagai simpati atau kepedulian kami terhadap korban," ujar Ali Umar, pemilik Alienco.
Baca: Kementan Sosialisasikan Penyaluran KUR di Rakorsin Bogor
Penawaran untuk para korban yang ingin mendapatkan jasa gratis, kata Ali, hanya berlaku untuk pernikahan di Februari dan Maret 2020 ini.
Syaratnya, hanya dengan menunjukkan bukti-bukti penipuan Pandamanda.
"Jasa layanan disesuaikan dengan ketersediaan tim kami
dan hanya Jasa Foto dan Video, tidak termasuk cetak," kata dia.
Diketahui, kepolsian hingga saat ini terus mengembangkan kasus penipuan berkedok wedding organizer di Depok, Jawa Barat.
Dalam kasus ini kepolisian sudah menetapkan AS, pemilik wedding organizer Pandamanda di bilangan Pancoran Mas, Depok, Jawa Barat.
Baca: Keluarga Berencana Memakamkan JB Sumarlin di San Diego Hills
AS ditangkap di dekat kantor Pandamanda, Senin (3/2/2020), sehari setelah korban melaporkan pesta pernikahan yang tidak sesuai dengan yang ditawarkan Pandamanda.
Dari hasil pendalaman, ditemukan sejumlah fakta mengenai modus-modus yang dilakukan AS untuk meraup keuntungan dari dana jasa penyelenggaraan pernikahan yang dia tawarkan.
Berikut Kompas.com merangkum beberapa fakta terkait kasus penipuan tersebut :
1. Berpotensi rugikan lebih dari 40 pengantin
Kapolres Metro Depok, Kombes Azis Andriansyah menyatakan bahwa jumlah pelapor dugaan penggelapan dana pernikahan oleh wedding organizer "Pandamanda" sudah tembus 40 calon mempelai.
Keempat puluh pelapor itu baru akan melangsungkan pernikahan dalam beberapa waktu ke depan, tetapi sudah menyetor sebagian maupun seluruh harga paket pernikahan pada Pandamanda.
"Yang berpotensi menjadi korban sampai saat ini sudah 40 calon korban. Bisa jadi jumlah calon korban itu berkurang jika dia bisa melaksanakan (pernikahan) dengan baik di bulan-bulan ke depan," jelas Azis kepada wartawan, Rabu (5/2/2020) sore.
2. Order masuk sampai Januari 2021 setara Rp 2,5 miliar
AS disebut telah menerima miliaran rupiah sebelum diringkus polisi. Berdasarkan pengakuan AS, Pandamanda membuka tiga paket pernikahan, yakni paket Rp 50 juta, Rp 65 juta, dan Rp 100 juta.
Azis menyebut, dihitung secara kasar, AS ditaksir sudah menerima Rp 2,5 miliar dari order-order ini, baik dana yang diterima 100 persen maupun uang muka. Menurut penuturan AS pada wartawan, ia sudah meraup 50 order penyelenggaraan pernikahan, yang paling jauh akan berlangsung Januari 2021 kelak.
3. Limbung sejak beli rumah 2 tingkat
Pandamanda disebut mulai oleng neraca keuangannya sejak 2018, ketika AS menebus rumah semimewah tak jauh dari kantor Pandamanda.
"Ini mulai trouble setelah dia beli rumah, untuk DP rumahnya itu dia pakai uang pelanggannya. Jadi uang yang sudah diterima oleh AS ini sudah sebagian digunakan untuk keperluan yang lain, misalnya untuk operasional kantor, untuk beli rumah, dan sebagainya," jelas Azis.
Azis berujar, rumah tersebut dibeli AS seharga Rp 1,2 miliar.
Ia membelinya dengan cara cicil, dengan uang muka sejumlah Rp 300 juta.
Hingga hari ini, rumah tersebut belum lunas.
4. AS klaim mismanajemen pegawai setahun belakangan
AS mengklaim, sejak 2013, perusahaannya tak pernah bermasalah kecuali pada event pernikahan terakhir yang membuatnya dilaporkan ke polisi oleh salah satu pengantin, Minggu (2/2/2020).
Saat itu, katering yang sudah dibayar kliennya tak datang ke pesta pernikahan. AS mengklaim, itu kegagalan perdana Pandamanda mengelola dana klien, berbeda dengan versi polisi yang menyatakan bahwa Pandamanda mulai "menyunat" hak klien pada 2018.
Preseden itu, ujar AS, disebabkan oleh mismanajemen yang berujung keterlambatan pengiriman semata.
"Bisa ada klien yang enggak dapat fasilitas kemarin (Minggu, 2 Februari 2020) itu kasusnya juga karena SDM. Kan satu hari itu kami ada 10 (event pernikahan sekaligus)," kata AS pada wartawan dengan mengenakan kaos tahanan di Mapolres Metro Depok, Rabu sore.
"Jadi kendalanya ya di transportasi, ya secara umum di SDM itu," imbuh dia. AS mengaku dibantu oleh sekira 10 pegawai dalam menakhodai Pandamanda.
Enam di antaranya adalah pegawai tetap yang saban bulan ia gaji dengan kisaran Rp 1-1,8 juta.
Gaji pegawai itu bisa ia kucurkan lewat keuntungan Pandamanda yang tidak begitu besar, yakni Rp 5 juta per even.
Dalam sepekan, rata-rata Pandamanda bisa menggelar 4 even pernikahan.
5. Tak penuhi hak vendor lain
Lea Ghozal, salah satu perwakilan vendor-vendor yang tak dibayar Pandamanda membagikan ceritanya.
Menurut dia, perusahaan sound system-nya hanya satu dari sekian vendor yang merasa jadi korban wedding organizer itu, seperti penyedia jasa dekorasi, katering, dan rias pengantin.
"Saya sendiri belum dibayarkan (untuk sewa sound system pernikahan) di Cikarang, Cengkareng, dan di Bella Vista (Bekasi). Paketannya Rp 2 jutaan. Jadi totalnya Pandamanda utang ke saya Rp 6,2 juta," jelas Lea di Mapolres Metro Depok, Rabu sore.
"Saya sudah hampir 2 tahun kerja sama dengan Pandamanda. Lancar sih lancar biasanya, tetap dibayar walaupun telat. Awal-awal ikut itu lancar," imbuh dia.
Lea mulai sadar bahwa AS dan Pandamanda-nya punya masalah finansial. Hal tersebut tampak dari dari cara Pandamanda melunasi tunggakan pada perusahaan Lea.
"Jadi gini dia sistemnya. Ketika saya mau ikut event selanjutnya, event yang minggu lalu baru dilunasin. Jadi gali lubang, tutup lubang," ujar dia.
"Begitu kan otomatis saya harus terikat dengan dia. Saya dikasih jadwal dulu ke depan, baru dibayarkan event yang minggu lalu," tutup Lea.
Artikel ini telah tayang di Wartakotalive dengan judul Korban Penipuan Wedding Organizer Pandamanda Depok Bisa Dapat Jasa Foto Video Gratis