TRIBUNNEWS.COM, TANGERANG - Eka Silviani (31), warga Ciledug Indah 1 Jalan Telaga 3, Kecamatan Karang Tengah, Kota Tangerang, melahirkan saat banjir menerjang rumahnya, Selasa (25/2/2020).
Sang bayi akhirnya keluar ketika Eka berada di dalam Mobil PLN Disjaya.
Eka bercerita, ia dalam keadaan hamil tua saat rumahnya terkepung banjir pada Selasa lalu.
Banjir sekitar 40 Cm merendam wilayah rumahnya.
Air masuk hingga ke dalam ruangan kontrakannya.
Saat itu, Eka tak kuasa menahan rasa sakit kandungannya.
"Saya sudah enggak bisa nahan, bayinya mau ke luar," ujar Eka tergolek lemah di kediamannya saat dijumpai Warta Kota, Rabu (26/2/2020).
Baca: Penderitaan Warga Jakarta Rumahnya Terendam Banjir, Kehilangan Pekerjaan hingga Jatuh Miskin
Suami Eka baru saja meninggal dunia.
Ia punya dua anak yang masih kecil.
Rizki anak pertamanya berusia 6 tahun.
Anak kedua bernama Saban berumur 4 tahun.
"Saya tinggal di kontrakan sama ibu saya. Bapak saya dan suami saya sudah meninggal karena sakit," ucapnya.
Iis (62), ibu dari Eka harus susah payah meminta pertolongan.
Belum lagi kondisinya saat itu sedang banjir.
"Saya minta tolong ke orang-orang untuk antarkan anak saya pakai kendaraan tapi enggak ada yang mau. Soalnya banjirnya sudah tinggi," kata Iis.
Kendati demikian, Iis tak pantang menyerah.
Ia melihat ada mobil PLN terparkir.
"Ada mobil PLN yang terparkir di pinggir jalan, sopirnya lagi ngecek listrik di dekat sini. Syukurnya mereka mau ngantar," ungkapnya.
Mobil PLN Disjaya itu akhirnya mengangkut Eka yang sudah dalam keadaan lemah.
Eka dimasukan oleh ibunya itu ke dalam mobil dan hendak dibawa ke Klinik Pratama Bhakti Asih, Ciledug, Tangerang.
"Tapi saat setengah perjalanan, kepala bayinya sudah ke luar. Saya bantu untuk proses melahirkan di dalam mobil. Alhamdulillah selamat," papar Iis tampak haru.
Eka melahirkan bayi berjenis kelamin laki - laki dengan berat 3 kg dan panjang 49 cm.
"PLN sangat membantu dan langsung mengantar ke klinik. Kami juga diberikan santunan sama PLN," katanya.
Lis berharap pemerintah lebih serius menangani banjir agar warga tidak kesulitan.
"Saya berharap agar pemerintah harus lebih peka lagi dalam persoalan banjir ini. Soalnya banyak merugikan masyarakat. Saya sudah tidak punya suami. Suami Eka juga baru saja meninggal. Kami hanya berdagang pakaian. Terendam banjir semua dagangan, rugi sampai Rp 50 juta," ungkap Iis.
Sementara itu, Camat Karang Tengah, Matrobin mengaku memang belum mengetahui kejadian tersebut.
"Saya juga belum tahu," ujar Matrobin. (Andika Panduwinata)