Pasalnya, ia, suami dan anak-anaknya sudah menganggap nenek sebagai keluarganya sendiri.
Sehingga tak jarang nenek sering berbagi cerita kepada dirinya.
"Saya nganggap nenek kayak ibu saya sendiri. Lihat dia begini sedih juga. Apalagi dia bilang suaminya sudah enggak ada. 2 anaknya sudah meninggal sejak kecil," katanya.
"Jadi buat kehidupan sehari-hari, nenek jualan makanan itu. Kalau untungnya saya kurang tahu. Yang jelas kalau peyek di anatar tiap sore dan dia langsung bayar. Sementara buahnya dia ambil di orang pas pagi-pagi sudah keluar rumah. Saya ajak ke kampung dan Surabaya juga enggak mau," tambahnya.
"Nenek mau ke Surabaya?" tanyanya kala itu.
"Surabaya ke rumah siapa? Mau hidup mati (meninggal) di sini," balas nenek.
Sejak saat itu, Salamah tak pernah menyinggung soal Surabaya kepada nenek.
Ia dan suaminya pun memutuskan agar nenek tak lagi membayar kontrakan perbulannya.
Baca: Fakta-fakta Siswi SMP di Kupang Kerap Dianaya Pamannya, Hanya Boleh Santap Makanan Sisa
Sehingga, nenek berdagang hanya untuk kehidupan sehari-harinya saja.
"Nenek paling beli makan sendiri. Pampers dan lainnya juga dia yang beli sendiri. Mungkin enggak enak kali ya. Jadi saya hanya bantu sebisa saja aja. Termasuk ketika kondisinya sedang sakit," jelasnya.
Saat ini, nenek sudah diberikan resep oleh dokter dan ia sudah meminum obat tersebut.
Hanya saja kondisinya belum menunjukan perubahan dan ia masih mengeluhkan sakit di sejumlah bagian tubuhnya.
"Sudah ditawari untuk di rawat di Puskesmas sama bu RT tapi dia (nenek) enggak mau. Katanya sudah minum obat. Saya hanya berdoa agar nenek kembali sehat dan bisa kembali beraktivitas seperti biasa," tandas Salamah