"Sampai mereka bilang, 'ayo mbak sayang enggak apa-apa kok. Sebentar lagi sembuh."
"Bahkan aku ganti infus itu nangis 20 menit, yang nenangin itu sampai dua perawat bahkan sampai tukang benerin AC itu bantuin tenangin aku."
"Sumpah, luar biasa banget deh mereka itu,” ucap dia.
"Setiap mereka (tenaga medis) yang masuk ke ruangan kami itu harus lengkap dengan Alat Pelindung Diri (APD) ya," cerita ST di kediamannya, Kamis (19/3/2020).
Ia membahasakan mudah APD seperti baju astronot karena berwarna putih, helm, kacamata, dan lain-lainnya.
"Itu untuk melindungi mereka terkontaminasi virus dari kami," ujar ST.
Baca: Apa itu Rapid Test Virus Corona? Begini Arti dan Penjelasannya
Baca: Sosok Sukarelawan Pertama Rela Disuntik Vaksin Virus Corona: Semua Orang Tampak Tak Punya Harapan
Siang itu ST duduk sejajar paling kanan dengan kakak dan ibunya di teras rumah.
Dalam kurun waktu satu hari, ST menjelaskan ada empat perawat yang masuk ke ruangan untuk melayaninya.
"Harga APD itu mahal dan terus naik ya. Nah perawat masuk empat kali dalam sehari, kadang lima kali kalau saya lagi panic attack," ucap ST.
"Dokter masuk sekali sehari, kemudian cleaning service pagi, sore, dan malam. Nah hitung dah tuh berapa kali APD nya berapa ratus ribu. Mereka itu harus ganti APD setiap dari ruangan ke ruangan," kata ST.
"Contoh misalnya habis dari ruangan aku ke ruangan ibu, itu dia lepas APD dan langsung disemprot disinfektan. Pakai APD baru lagi setelah itu ke kamar ibu," ST menambahkan.
ST tak melihat raut wajah ketakutan dari wajah tenaga medis yang melayani dirinya, RA dan ibundanya MD.
Bahkan, ST menuturkan ada seorang dokter sampai duduk di sebelahnya di atas kasur yang sama.
Di sana sang dokter mendengarkan segala keluh kesah ST dan terus memotivasinya untuk sembuh.
Baca: Masih Loyo, Rupiah Dibuka Melemah ke Level Rp 15.963 pada Jumat Pagi
Baca: Sosok Sukarelawan Pertama Rela Disuntik Vaksin Virus Corona: Semua Orang Tampak Tak Punya Harapan