Laporan wartawan tribunnews.com, Danang Triatmojo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengungkap ada peningkatan pemakaian tempat tidur (bed occupancy) di rumah sakit sebesar 11 persen dari semula 34 persen terpakai menjadi 45 persen, hanya dalam satu pekan terakhir.
Total berdasarkan data, terdapat 4.556 tempat tidur isolasi pasien Covid-19 yang tersebar di 67 rumah sakit rujukan DKI Jakarta.
Artinya ada 2.050 tempat tidur yang telah terpakai untuk menampung pasien positif Corona.
"Namun dalam seminggu terakhir, ada kenaikan bed occupancy untuk tempat tidur isolasi di RS rujukan Covid dari 34 persen menjadi 45 persen. Memang masih di bawah separuh dari kapasitas kita tapi ada kenaikan 11 persen dalam seminggu terakhir," ungkap Anies di Jakarta, Kamis (16/7/2020) malam.
Dijelaskan Anies peningkatan penggunaan tempat tidur rumah sakit didominasi oleh pasien dengan gejala ringan hingga sedang.
Sementara pasien dengan gejala berat yang dirawat di ruang ICU justru alami penurunan. Dari total kapasitas 659 ICU khusus Covid-19, terjadi penurunan dari 31 persen ke 25 persen. Alias hanya 164 ruang ICU yang sekarang terpakai.
Baca: Angka Kecepatan Reproduksi Penularan Virus Corona di DKI Jakarta Meningkat
"Jumlah pasien dengan gejala berat alhamdulillah menurun, karena yang gejala berat ini yang ditangani ICU, tapi jumlah pasien gejala ringan dan sedang mengalami peningkatan," jelas Anies.
Baca: Pemprov DKI Jakarta Putuskan Tunda Pembukaan Bioskop di Ibu Kota
Mantan menteri pendidikan dan kebudayaan ini menyebut meningkatnya pasien positif Covid-19 bergejala ringan dan berat dikarenakan makin maraknya aktivitas active case finding yang dilakukan puskesmas daerah dalam pelacakan (tracing) dan pemeriksaan (testing).
Baca: PSBB Transisi DKI Jakarta Diperpanjang, Anies Baswedan: Masih Terlalu Berisiko Bila Dilonggarkan
Dengan digiatkannya active case finding, disebut makin kerap ditemui masyarakat yang kurang punya kesadaran menerapkan protokol kesehatan ternyata ditemukan mengidap Covid-19 tapi tanpa gejala.
"Jadi meskipun tidak bergejala tapi dipandang berisiko, misalnya lansia maka kami akan menganjurkan dan kita meminta untuk tinggal di RS sehingga bila ada sesuatu kami bisa langsung menangani," pungkasnya.