Keluarga mereka masih dibelit kemiskinan.
Bapak dan ibunya mencari sesuap nasi hanya sebagai penjual minuman di halte.
Kedua orangtuanya bahkan sering kejar-kejaran dengan petugas Satpol PP. Baru-baru ini, cerita Evi, termos dan bangkunya raib disita petugas.
Belum lagi, banyak orang yang utang minuman kepada mereka.
Semenjak belajar di rumah karena pandemi Covid-19, kedua anak kembar itu juga harus bekerja untuk membeli kuota internet demi bisa belajar lewat ponsel.
Sebab, bila tidak ada uang, mereka pasti tidak bisamembeli kuota untuk belajar.
Keluarga mereka hanya memiliki dua ponsel. Satu ponsel dipegang bapaknya dan lainnya dipegang kakaknya.
Namun, kedua ponsel itu tidak memiliki kuota lantaran belum bisa diisi.
Kedua anak yang kini duduk di bangku kelas 6 SD Kemanggisan 01 tersebut kerapkali tidak mengerjakan tugas lewat aplikasi.
"Kalau lagi laris nanti bisa beli kuota. kalau enggak laris, minta izin sama ibu guru buat enggak belajar dulu," ujar Evi.
Sayangnya aplikasi yang diberikan pihak sekolah belum sepenuhnya dimengerti Eva dan Evi.
Baca: Nadiem Makarim Perbolehkan Dana Bos Dipakai untuk Beli Kuota Internet Siswa dan Guru
Evi berbagi cerita, saat itu ia baru menyelesaikan tugas yang diberikan guru lewat aplikasi.
Namun, ia dikira tidak mengerjakan lantaran Evi tak tahu ada tanda selesai di aplikasi tersebut.
"Kemarin belum tahu ada tanda selesai saat mengerjakan tugas, jadi enggak di-click. Aku dikira enggak mengerjakan padahal aku belum tahu. Akhirnya baru tahu karena diajari bapaknya teman aku," sambung Evi.
Mereka ingin kembali belajar di kelas. Menurut mereka, belajar lewat aplikasi lebih susah.
Artikel ini telah tayang di Tribunjakarta.com dengan judul Kisah Si Kembar Eva Evi Berjualan Kerupuk Hingga Larut Malam: Demi Beli Paket Data,