TRIBUNNEWS.COM - Dua pekan lamanya aturan ganjil genap di DKI Jakarta diberlakukan sejak 9 Agustus 2020.
Dari kurun waktu tersebut, sejumlah kabar terungkap.
Mulai dari temuan Gubernur Anies Baswedan dalam pemberlakuan ganjil genap di tenga pandemi Covid-19.
Baca: Pelanggar Ganjil Genap Tilang Elektronik di DKI Jakarta Meningkat
Sementara, hampir lima ribu kendaraan danggap melanggar dan ditilang oleh Kepolisian saat berlakunya ganjil genap DKI Jakarta.
Temuan Anies
Seperti diberitakan Tribunnews.com sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyebut saat pihaknya kembali menerapkan sistem ganjil genap pada bulan Agustus, sempat ada kekhawatiran angkutan umum akan penuh seperti saat awal-awal pandemi Covid-19.
"Ternyata kenaikan kendaraan umum itu di bawah 10 persen. Artinya orang tidak lagi bepergian, bukannya orang bepergian, tapi menggunakan kendaraan umum," kata Anies dalam diskusi ABC Indonesia, Jumat (21/8/2020).
Anies pun menjelaskan soal temuan tersebut.
Ternyata, selama berada di kendaraan umum, banyak orang yang memakai masker, tidak bercakap-cakap, serta ada petugas yang menegur jika terjadi pelanggaran.
"Ketika sampai kantor, malah copot masker, malah ngobrol karena ketemu dengan orang yang dikenal. Kita ini kan punya kecenderungan kalau merasa kenal lalu aman, padahal kan mana pula kita tahu kalau yang bersangkutan itu aman atau terpapar tanpa gejala?" katanya.
Baca: Pemberlakuan Ganjil Genap untuk Kendaraan Roda Dua Diprotes Warga
Maka itu, dirinya menegaskan perhatian Pemprov DKI terhadap kendaraan umum sangat penting.
Namun, ada yang perlu ditingkatkan lagi kewaspadaannya, yakni di sektor perkantoran.
"Di tempat-tempat seperti itu tidak ada petugas yang mengingatkan. Kalau di stasiun, ada petugas, ada tulisan. Transjakarta dan KRL juga sama. Jadi ada Proses pengawasan ketat," kata Anies.
"Perhatian kepada kendaraan umum bagus, tapi perhatian kepada perkantoranlah itu yang justru urgen untuk ditingkatkan," pungkasnya.