Laporan wartawan tribunnews.com, Danang Triatmojo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta mengeluarkan peringatan dini potensi hujan disertai kilat atau petir di wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Timur, Sabtu (3/10/2020) sore sampai malam hari.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Pelaksana BPBD DKI Jakarta Sabdo Kurnianto menuturkan peringatan dini ini bersumber dari BMKG dan dikeluarkan agar masyarakat waspada.
"Kami mengimbau agar masyarakat dapat waspada dan menjaga diri dari hujan angin," ucap Sabdo dalam keterangannya, Sabtu.
Baca: Peringatan Dini BMKG Minggu 4 Oktober 2020: 4 Wilayah Berpotensi Hujan Petir & Angin Kencang
BPBD DKI juga sudah meminta perangkat daerah terkait untuk mengantisipasi, dan menyiagakan PPSU dan satgas banjir.
"Kami juga telah mengimbau kepada OPD terkait, para camat dan lurah daerah rawan banjir atau longsor agar turut mengantisipasi dengan menyiagakan PPSU dan satgas banjir/Dinas SDA Kecamatan," tutur dia.
Baca: BMKG Peringatan Dini Cuaca Ekstrem Minggu, 4 Oktober 2020: Jawa Tengah Hujan Lebat hingga Angin
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan anomali iklim La Nina sedang berkembang. Hal itu diketahui berdasarkan pemantauan anomali iklim global di Samudera Pasifik Ekuator hingga akhir September 2020.
Mengacu pada catatan histotis keberadaan iklim La Nina di Indonesia adalah terjadinya peningkatan akumulasi jumlah curah hujan bulanan hingga mencapai 40 persen dari normal.
Sementara pada bulan Oktober ini beberapa zona musim di wilayah Indonesia diperkirakan akan memasuki musim hujan.
Baca: BMKG Sebut Ada La Nina di Samudera Pasifik, Curah Hujan di Indonesia Diperkirakan Meningkat 40 %
Peningkatan curah hujan ini berpotensi menjadi pemicu bencana hidro-meteorologis seperti banjir dan tanah longsor.
Masyarakat maupun pemangku kepentingan diharapkan mengoptimalkan tata air terintegrasi dengan menyiapkan kapasitas sungai dan kanal untuk menampung debit air berlebih.
"Para pemangku kepentingan diharapkan dapat lebih optimal melakukan pengelolaan tata air terintegrasi dari hulu hingga hilir misalnya dengan penyiapan kapasitas sungai dan kanal untuk antisipasi debit air yang berlebih," kata Deputi Bidang Klimatologi BMKG Herizal.