News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Eksklusif Tribunnews

Yudha Tak Lagi Jadi Pemulung Setelah Bertemu dengan Risma: 'Hidup Saya Sudah Lebih Baik dan Bahagia'

Editor: Dewi Agustina
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Menteri Sosial Tri Rismaharini mengantar 15 pemulung binaan Balai Karya Pangudi Luhur Bekasi dan Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) untuk bekerja di PT Waskita Karya. Direktur Utama PT Waskita Karya (Persero) Tbk, Destiawan Soewardjono, tak hanya menyambut baik gagasan Kemensos tersebut. Ia juga cepat tanggap dengan segera menyebar ke-15 pemulung tersebut ke tiga lokasi proyek PT Waskita Karya, yaitu di Cimanggis Depok, Bekasi dan Cibitung. TRIBUNNEWS.COM/IST

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Irman Yudha Noor (48), bersyukur bertemu Menteri Sosial Tri Rismaharini atau Risma saat sedang nongkrong di kawasan Tritayasa, Jakarta Selatan awal bulan Januari lalu.

Pertemuan dengan Risma digambarkan sosok Yudha, sapaan akrab Irman Yudha Noor, sebagai bagian dari rencana Yang Maha Kuasa.

Berkat pertemuan itu, kehidupan Yudha kini sudah jauh lebih baik dan bahagia.

Menteri Sosial Risma membawanya ke Balai Karya Pangudi luhur, Bekasi, Jawa Barat, untuk hidup bersama para Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS) lainnya.

Bukan hanya diberikan tempat bernaung, Yudha yang merupakan seorang pemulung juga diberikan kesempatan oleh Kementerian Sosial untuk bekerja di Grand Kamala Lagoon, Bekasi.

Yudha mengaku amat bersyukur dan senang atas kesempatan kerja yang diberikan.

"Amat sangat senang sekali, alhamdulilah, puji syukur saya, memang itu doa saya selama ini. Karena setiap saya mengayuh gerobak dan menapakkan kaki, itu yang selalu saya minta. Saya tidak pengin yang seperti ini (jadi pemulung), ini bukan saya," kata Yudha kepada Tribun Network di Balai Karya Pangudi Luhur Bekasi, Jawa Barat, Sabtu (22/1/2021).

Baca juga: Cerita Orang Tua Mahasiswi yang Bunuh Bayinya, Peras Keringat Jadi Pemulung untuk Kuliahkan Anak

Yudha menceritakan, saat sedang berada di Tritayasa, salah seorang pemilik rumah tiba-tiba mempersilakannya untuk mandi.

Usai mandi, Yudha teramat kaget melihat mobil-mobil pejabat sudah ada di depan gerbang si pemilik rumah.

"Tiba-tiba kawan saya di luar teriak, 'Ada ibu menteri (Tri Rismaharini) datang," kata Yudha.

Saat itu Yudha dan kawan-kawannya sebenarnya sedang waspada karena kabar Menteri Sosial Risma kerap turun ke jalan-jalan di Jakarta sudah santer terdengar.

"Sebelumnya saya sering bicara sama kawan-kawan, hati-hati karena Bu Menteri sudah sering turun ke jalan," kata Yudha.

Hingga akhirnya bertemulah mereka semua secara langsung dengan Menteri Sosial Risma.

Beberapa teman Yudha saat itu langsung melarikan diri, mereka takut akan ditangkap dan dibawa ke dinas sosial.

Alih-alih mengikuti teman-temannya yang kabur, Yudha saat itu justru menghampiri Menteri Sosial Risma.

Yudha mengatakan, dia berharap akan diberikan bantuan langsung tunai (BLT) oleh Risma.

"Karena saya pikir saya masih punya fotocopy KTP, mudah-mudahan Ibu Menteri singgahi saya, hingga saya bisa mendapatkan BLT," ucap Yudha.

Bukannya mendapat BLT, Yudha justru mendapatkan hal yang lebih besar.

Yudha mendapatkan pekerjaan serta diberi tempat bernaung dan kehidupan baru yang selama ini dia harapkan.

"Saat saya mendekat, terus beliau bicara, 'Panjenengan pemulung?' nggih Bu. 'Panjenengan wis sue neng kene?' nggih Bu, kulo juga engga kepingin seperti ini (jadi pemulung)," kata Yudha.

Baca juga: Cerita Para Pemulung Bertahan Hidup di Jakarta

"Kemudian beliau bilang, 'Panjenengan mau ikut saya?' saya jawab mau. Itu ibu mengajak saya dan memang tidak saya tolak, itu memang kemauan saya dari awal," ucap Yudha.

Yudha mengucapkan terimakasih kepada Menteri Sosial Risma yang telah mengangkat derajatnya.

Tidak semua orang, kata Yudha, memiliki nasib baik sepertinya.

"Menteri Sosial Risma, Alhamdulillah terimakasih kalau saat ini hidup saya sudah lebih bahagia, sudah lebih baik, dan Ibu Risma bisa mengangkat derajat saya. Tidak semua orang di jalan itu tidak seperti saya bernasib baik," ucap Yudha.

Awal Mula Jadi Pemulung

Awal mula menjadi pemulung, Yudha kerap nongkrong di sekitaran Mabes Polri di kawasan Tendean, Jakarta Selatan.

Yudha mengungkapkan, setiap hari Jumat, Mabes Polri biasa membagikan makanan dan kupon untuk para pemulung.

"Saat itu kondisi saya memang di jalan, untuk saya bertahan hidup saya sedikit mengharapkan rejeki dari polisi atau dari banyak orang, untuk menyambung hidup," ucap Yudha.

Sebelum berakhir hidup di jalanan, Yudha sebenarnya hidup bersama ibu dan ayahnya di Jakarta.

Pada 2018, ibu dan ayahnya menderita penyakit stroke.

Kedua orang tuanya sudah berusia di atas 60 tahun, sehingga memerlukan perawatan khusus dan penjagaan ekstra.

Kondisi fisik ayah dan ibunya saat kena stroke, kata Yudha, bahkan sudah tidak memungkinkan untuk melakukan hal-hal mendasar yang ada pada manusia.

"Maaf sampai saya harus memandikan ibu saya, nyebokin, bahkan sempat jatuh, karena ibu saya kena stroke, akhirnya harus saya pakaikan Pampers. Semua itu saya lakukan demi orang tua. Sama juga saat saya merawat bapak, saat bapak saya kolaps, maaf dia sampai harus buang air besar di kasur," ujarnya.

Yudha sebenarnya saat itu masih bekerja di Lotte Mart.

Namun, karena ibu dan ayahnya sakit stroke dan memerlukan perawatan khusus, Yudha pun memutuskan untuk mengundurkan diri dari pekerjaannya.

"Saya dulu akhirnya memutuskan untuk mengambil kesempatan merawat orang tua," ujar Yudha.

Pada 28 Mei 2018, ayah Yudha berpulang ke Rahmatullah.

Ia pun jadinya hanya tinggal bersama ibunya.

Selama satu tahun, Yudha bertahan dan terus merawat ibunya tercinta dengan kesabaran dan keikhlasan.

Hingga akhirnya kakak Yudha yang berdomisili di Yogyakarta membawa ibundanya pergi.

Baca juga: Orang Tua Susah Payah Jadi Pemulung Biayai Putrinya Kuliah, sang Anak Malah Bunuh Bayinya Sendiri

"Pada saat ibu diambil kakak saya di Jogja, saya sudah tidak punya tempat tinggal," jelas Yudha.

Yudha akhirnya hidup sendiri di Jakarta. Mengarungi angin malam kota tanpa tempat bernaung, setelah rumah ibunya dijual untuk biaya perawatan.

Mempertahankan hidup di jalanan tidaklah mudah.

Semua itu dilakukan Yudha atas dasar terpaksa, sekadar untuk menyambung hidup.

"Saya tidak ingin seperti ini, dan saya tidak ingin terjerumus dalam hal-hal yang negatif di jalanan,
Walau tidak mungkin bertahan seperti ini, tapi saya butuh makan. Paling tidak dengan sedikit pekerjaan halal, sempat bantu-bantu di pasar, apapun saya lakukan, sampai akhirnya hidup di jalan," kata Yudha.

Namun demikian, Yudha mensyukuri kondisi hidupnya hari ini.

Memiliki tempat bernaung dan diberi pekerjaan oleh Kementerian Sosial.

Yudha mengatakan, permohonan yang selalu dihaturkan dalam doa-doanya saat ini hanya satu, bisa kembali hidup bersama ibunya.

Dia sudah sangat merindukan ibunya tercinta.

"Pengin saya cuma satu, saya pingin bawa ibu sekali lagi, pingin bawa ibu hidup bareng lagi," kata Yudha.

"Alhamdulillah kondisi ibu sudah membaik, sudah mulai gemuk lagi, karena terakhir saya melihat, ini waktu masih sama saya (memperlihatkan foto ibunya), kondisinya seperti ini. Saya harus mandikan beliau, saya harus rawat (menangis)," ujar Yudha. (tribun network/genik)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini