TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perhatian peserta Workshop Literasi Digital, memperingati Hari Pers Nasional (HPN) 2021 yang digelar di Candi Bentar Ancol, Sabtu (6/2/2021) tampaknya tertuju kepada kemampuan literasi sangat diperlukan di era konvergensi media.
Menghasilkan konten yang aktual, kredibel dan tidak melanggar hukum hanya bisa diproduksi jika seseorang itu memiliki kemampuan literasi media yang baik.
Hadir sebagai narasumber pada webinar yang dimoderatori Wakil Sekretaris Jenderal PWI Pusat, Suprapto Sastro Wardoyo, masing-masing Kepala Jakarta Smart City, Yudhistira Nugraha, Ketua Bidang Pendidikan PWI Pusat, Nurjaman Mochtar, Editor in Chief Majalah Tempo, Wahyu Diatmika dàn Fonder Channel Kok Bisa, Ketut Yoga Yudhistira.
Dalam kesempatan itu, Yudhistira Nugraha mengatakan sejak beberapa tahun belakangan ini, lebih banyak menghabiskan waktu dengan beraktifitas digital.
"Saya gak pernah ngebayang jika hampir semua aktifitas kini dilakukan dengan digital media. Aplikasi seperti zoom menjadi fasilitas utama dalam komunikasi publik," ungkap Yudhistira Nugraha.
Dikatakan Yudhistira Nugraha, ini semua perubahan kebiasaan apapun penyebabnya. Untuk bisa menyesuaikan dengan peradaban ini kita harus punya kemampuan literasi media.
"Era digital, yang paling penting adalah literasi. Literasi media adalah bagaimana memecahkan sebuah problem. Literasi media diperlukan agar tidakan lebih akurat terukur dengan penggunaaan skala yang tepat," jelas Yudhistira Nugraha.
Sementara itu, mantan Pemred SCTV dan Indosiar, Nurjaman Mochtar mènjelaskan bahwa konvergensi medià sudah diramalkannya sejak 10 tahun lali bakal terjadi.
"Bahkan datangnya lebih cepat. Apa yang membuatnya lebih cepat adalah Covid-19. Dengan Covid, semuanya telah terjadi begitu cepat. Semua terjadi dengan cepatnya. Covid 19 mempercepat konfergensi medià," jelas Nurjaman Mochtar.
Konfergensi media bicara tiga hal. Pertama, berkaitan dengan bagaimana memghasikan konten.
Kemudian, bagaimana konten ini disebarkan dan selanjutnya yang berkaitan dengan real komuniti dan digital community.
Pada bagian lain, Wahyu Diatmika, mengajak masyarakat harus mampu beradaptasi dengan situasi kondisi di tengah pandemi.
Menurutnya, AMSI telah melakukan riset untuk persoalan yang sedang dihadapi babgsa ini. Semoga dapat dipublikasi 2-3 tahun kedepan.
Berkaitan dengan lierasi, banyak masyarakat sering miss informasi. Sementara riset menyebut banyak yang "tersesat" akibat kurangnya literasi.