News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Di Indonesia Berita Tentang Muslim Uighur Banyak Propagandanya Ketimbang Faktanya kata Imam Pituduh

Penulis: Toni Bramantoro
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Suasana seminar nasional 'Muslim Uighur Fakta atau Propaganda' untuk memberikan prespektif baru tentang situasi dan kondisi sebenarnya muslim Uighur.

Selain itu, kabar bahwa di Uighur tidak punya persoalan, juga pernyataan yang dibesar-besarkan yang mana, itu dipelopori oleh kelompok ekstrem kiri.

Menurut Novi, persoalan yang dihadapi oleh muslim Uighur saat ini adalah separatism, terorisme dan nasionalime. Karena masalah inilah, China melakukan sejumlah program.

Ada tiga model yang sudah dilakukan oleh China: pertama dengan cara militeristik, kedua kesejahteraan sosial, dan ketiga cara akomodatif.

Cara pertama dan kedua dinilai gagal, dan yang dianggap berhasil adalah cara yang ketiga.

Novi menemukan fakta bahwa dalam sejarah panjang pemerintah komunis China, baru kali ini memberikan hari libur untuk hari besar Islam seperti Idul Fitri yang sebelumnya tidak pernah terjadi untuk agama manapun.

“Jadi situasi dan kondisi di China saat ini sudah sangat berubah,” jelas Novi.

Kemudian menurut narasumber ketiga Irfan Ilmie mengatakan bahwa masyarakat Indonesia melihat China bergantung dengan konstruksi awalnya. Jika konstruksi awal sudah negative, maka akan melihat China dari sisi negatifnya.

Tetapi kalau melihat China lebih netral atau konstruktif, maka akan berbeda hasilnya. Persoalannya saat ini, lanjut Ilmie, bahwa China dikenal sebagai negara komunis dan komunis disebut sebagai anti agama.

“Inilah yang terjadi, makanya jika ada berita kekerasan muslim Uighur, konstruksi negative ini langsung menerimanya,” kata Irfan.

Tidak berbeda dengan Imam Pituduh, kandidat doktro hubungan internasional Ahmad Syaefuddin Zuhri mengatakan bahwa berita propaganda kekerasan muslim Uighur lebih banyak diproduksi oleh media-media barat.

“Ini kelanjutan dari perang dagang Amerika dan China,” ujar Zuhri.

Kemudian salah satu peserta Bernama Munir yang hadir dalam acara seminar offline mengatakan bahwa kabar kekerasan muslim Uighur telah mendorong dirinya dan kelompoknya berniat melakukan aksi terror untuk kepentingan China di Indonesia. Munir adalah eks terorisme yang pernah membantu muslim Uighur masuk ke Indonesia sebagai foreign terrorist fighter (FTF).

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini