News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Belajar dari Kesederhanaan Ismamat, Ojek Sepeda yang Bertahan di Tengah Gempuran Transportasi Online

Editor: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ismamat (68), tukang ojek sepeda ontel di Jalan Enggano, Tanjung Priok, Jakarta Utara.

Lain Dulu, Lain Sekarang

Seiring perkembangan zaman, geliat ojek sepeda ontel pelan-pelan terkikis dengan keberadaan ojek online, bahkan ojek pangkalan.

Kini, ungkap Mamat, hanya ada sedikitnya 15 tukang ojek sepeda ontel yang tersisa di sekitaran Jalan Enggano sampai ke arah Terminal Tanjung Priok.

Masing-masing tukang ojek menarifkan jasa sekali antar sebesar Rp 15 ribu.

Tarif semakin naik apabila jarak semakin jauh.

Sampai sekarang, Mamat mengaku masih sanggup apabila ada penumpang yang minta diantar dengan jarak 5-10 kilometer, sebut saja dari Jalan Enggano ke wilayah Rawa Badak, Koja, Jakarta Utara.

"Tarif bisa Rp 15 ribu, Rp 20 ribu, Rp 25 ribu, tergantung jarak dan yang ngasih juga," kata Mamat.

"Kayak ke Rawa Badak bisa Rp 20 ribu, tapi ada aja yang ngasih Rp 25 ribu," kata Mamat mengungkapkan ada saja orang-orang baik yang memberi lebih.

Beberapa tahun lalu, pendapatan Mamat dalam sehari bisa mencapai Rp 50-70 ribu.

Sekarang, mencari satu penumpang saja susahnya bukan main.

Selain menghadapi ojek motor pangkalan yang masih banyak keberadaannya, Mamat dan belasan tukang ojek sepeda ontel lainnya juga harus bersaing dengan ojek online yang belakangan sedang naik daun.

Karenanya, Mamat hanya bisa pasrah ketika seharian tak dapat orderan.

Kemudian, Mamat hanya bisa terduduk di sadel ontelnya, meresapi sejuknya udara yang seakan menjadi bukti bahwa Tuhan masih memberikan hal-hal baik dalam hidupnya.

Mamat lantas akan berserah diri. "Tergantung rejeki, kalau ada penumpang berarti rejeki," katanya.

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini