Mengutip pandangan Bung Karno, gotong royong adalah intisari Pancasila sebagai sistem nilai, sistem pengetahuan, dan sistem perilaku bersama.
Baca juga: Rumor Hadi Tjahjanto Jadi Menteri Terkait Isu Reshuffle hingga PAN Sudah Siapkan Nama
Dalam pandangan Bung Karno, kata dia Gotong royong adalah paham yang dinamis, lebih dinamis dari ’kekeluargaan yang menggambarkan satu usaha, satu amal, dan satu pekerjaan.
Dalam konteks itu, kata dia, peran Generasi Emas untuk berpikir dan berbuat positif, memperkuat interaksi, menjalin persahabatan, membuat makna yang lebih berarti bagi kebersamaan dan mencapai tujuan bersama.
Menurutnya, hal tersebut merupakan cara-cara praktis mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila untuk memperkuat persatuan dan kesatuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
"Termasuk dalam menghadapi tantangan yang sangat dinamis," kata Hadi.
Dalam memperjuangkan kemajuan sebagai perwujudan kemerdekaan, lanjut dia, Ki Hadjar Dewantara menyatakan bahwa pendidikan berarti memelihara hidup-tumbuh ke arah kemajuan, tidak boleh melanjutkan keadaan kemarin menurut alam kemarin.
Pendidikan, lanjut dia, ialah usaha kebudayaan, berasas keadaban, yakni memajukan hidup agar mempertinggi derajat kemanusiaan.
Dalam gerak berkelanjutan ke arah kemajuan, menurut Hadi, kita harus mempertahankan warisan, baik dari masa lalu seraya mengambil unsur-unsur baru yang bisa meningkatkan mutu yang sudah ada.
Baca juga: Hadi Tjahjanto Bagikan Kisah Masa Kecil Hingga Jadi Panglima TNI Dalam Buku Mengabdi Untuk Rakyat
"Membangun kebanggaan nasional akan memperkuat semangat menyatukan bangsa yang majemuk, seperti Indonesia, dalam mewujudkan tujuan negara, termasuk dalam mewujudkan NKRI yang lebih maju, sejahtera, stabil dan dihormati pada saat usia Indonesia mencapai 100 tahun tahun 2045," kata Hadi.
Selain itu, Hadi juga menyoroti, bahwa saat ini adalah era VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity) dimana ketidakpastian menjadi suatu kepastian atau keniscayaan.
Hal yang menjadi pokok perhatian, kata Hadi, adalah merambahnya teknologi dalam berbagai aspek kehidupan sementara teknologi tersebut terus berkembang tanpa batas.
Penemuan satu, kata dia, dapat melahirkan beberapa penemuan lainnya dan bahkan dampak ikutan lainnya yang belum juga dimengerti kemana arahnya atau yang dikenal sebagai disrupsi.
"Oleh karenanya, mau tidak mau generasi emas harus mampu beradaptasi dengan berbagai ketidakmenentuan tersebut," kata Hadi.
Terkait dengan hal tersebut menurutnya yang menjadi kuncinya adalah terjadinya perubahan pola pikir.
Beberapa hal yang menurutnya perlu digaris bawahi adalah munculnya pola pikir kreatif, inovatif dan terlebih lagi adalah adaptif serta antisipatif terhadap disrupsi.
"Kita tidak boleh lagi mengandalkan business as usual melainkan terus berupaya menemukan cara-cara baru untuk menjadi lebih efektif dan efisien," kata Hadi.
Baca juga: Masuki Masa Pensiun, Marsekal Hadi Akan Momong Cucu dan Pulang Kampung ke Malang