TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Beberapa waktu terakhir, sejumlah komoditas pangan mengalami kenaikan.
Mulai dari minyak goreng, kemudian ada kebijakan satu harga dari pemerintah namun saat ini masih langka di sejumlah tempat.
Lalu tahu dan tempe juga naik karena harga kedelai meroket.
Daging sapi dan ayam potong, lalu bawang merah, putih serta cabai juga ikut-ikutan naik.
Baca juga: Nasib 24 Ton Minyak Goreng yang Ditimbun Warga Lebak di Samping Rumahnya, Bakal Dijual Murah ?
Kondisi ini membuat para pembeli, mayoritas kaum emak-emak atau Ibu Rumah Tangga (IRT) menjerit.
Mereka pusing bagaimana mengelola uang agar tetap bisa berbelanja kebutuhan pokok.
Pembeli Keluhkan Harga Cabai, Bawang, hingga Daging Ayam yang Meroket di Pasar Kramat Jati
Kenaikan harga sejumlah komoditas yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir dikeluhkan pembeli di Pasar Kramat Jati, Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur.
Ira, satu pembeli yang datang ke Pasar Kramat Jati mengeluhkan kenaikan harga minyak goreng, sejumlah jenis cabai, bawang merah, bawang putih, tempe, tahu, daging sapi, dan daging ayam.
"Pusing satu barang naik saja sudah memberatkan sekarang semua naik bersamaan. Makannya kalau belanja harus benar-benar dihitung banget," kata Ira di Jakarta Timur, Jumat (4/3/2022).
Baca juga: Setelah Tahu-Tempe dan Daging Sapi, Giliran Harga Gas Elpiji Nonsubsidi serta Ayam Potong yang Naik
Dia mencontohkan harga minyak goreng yang di pasar tradisional masih banyak di jual lebih dari Rp 14 ribu per liter, atau melebihi harga eceran tertinggi (HET) ditetapkan pemerintah.
Belum lagi kenaikan harga cabai rawit merah yang sebelumnya berkisar Rp 50-55 ribu per kilogram sekarang naik menjadi Rp 80 ribu, dan cabai merah keriting dari Rp 30 ribu menjadi Rp 50 ribu.
Paling anyar daging sapi lokal yang harganya kini mencapai Rp 140 ribu per kilogram, dan daging ayam naik menjadi Rp 38 ribu per ekor hanya dalam waktu satu pekan terakhir.
"Kalau semua naik kayak begini mau masak apa di rumah. Ibaratnya masak ayam sama tempe dan buat sambal saja sudah susah karena harga mahal. Cabai, bawang juga naik," ujar Ira.
Ningsih, satu pembeli lain yang datang ke Pasar Kramat Jati juga mengeluhkan kenaikan harga sejumlah komoditas karena sampai sekarang belum menunjukkan tanda segera berakhir.
Dia berharap pemerintah lekas menurunkan harga komoditas yang sekarang melonjak sebelum bulan ramadan agar tidak memberatkan daya beli masyarakat.
"Habis kalau kita tanya alasan kenapa harga naik ke pedagang jawabannya karena dari sana (distributor) sudah mahal. Ya berharap ke pemerintah lah, biar enggak seperti ini terus," tutur Ningsih.
Sebagai informasi, hingga kini harga tempe dan tahu di Pasar Kramat Jati mengalami kenaikan sekitar Rp 1 ribu imbas mahalnya harga kedelai bahan baku utama produksi.
Sementara bawang merah yang sebelumnya Rp 30 ribu per kilogram sekarang naik menjadi Rp 40, dan bawang putih dari Rp 30 ribu per kilogram melonjak jadi Rp 35 ribu per kilogram.
"Semenjak naik terpaksa mengurangi jumlah belanja. Yang biasanya beli sekilo sekarang setengah kilogram saja. Karena kebutuhan masak kan enggak cuman satu barang, harus dibagi," sambung Ningsih.
Keluh Kesah Pedagang Daging Sapi di Pasar Kramat Jati: Lebih Parah Kenaikan Harga Tahun Ini
Pedagang di Pasar Kramat Jati, Jakarta Timur mengeluhkan kenaikan harga daging sapi lokal dan impor yang belum menunujukkan tanda segera berakhir.
Andri (41), satu pedagang daging sapi di Pasar Kramat Jati mengatakan kenaikan harga daging sapi saat ini lebih buruk dibanding ketika menjelang bulan Ramadan pada tahun 2021 lalu.
Dia mencontohkan harga daging sapi impor yang kini berkisar Rp 130 ribu per kilogram, harga ini berbeda jauh dengan harga daging sapi impor pada momen menjelang Ramadan 2021 lalu.
"Lebih parah tahun ini, tahun kemarin kita enggak begitu parah. Sekarang aja belum Lebaran aja impor sudah di atas Rp 100 ribu per kilogram," kata Andri di Pasar Kramat Jati, Jumat (4/3/2022).
Menurutnya pada momen Ramadan dan Idulfitri tahun 2021 harga daging sapi impor dari distributor ke pedagang hanya Rp 80 ribu per kilogram, sehingga harga jual ke pembeli tidak terlalu mahal.
Pada tahun 2021 lalu kenaikan harga daging sapi juga disebut baru terjadi di awal bulan Ramadan dan beberapa hari menjelang hari raya Idulfitri, beda dengan sekarang yang sudah terjadi.
"Sekarang harga daging sapi lokal saja sudah Rp 140 ribu per kilogram. Harganya naik dibandingkan sebelum kita mogok jualan Senin (28/2/2022). Sebelum mogok masih Rp 130 ribu," ujarnya.
Andri menuturkan bila pemerintah tidak segera mengambil langkah maka lonjakan harga daging sapi lokal dan impor saat memasuki bulan Ramadan pada April 2022 nanti lebih parah.
Para pedagang daging sapi di Pasar Kramat Jati berharap aksi mogok jualan yang sempat mereka lakukan membuat pemerintah bergegas mengambil langkah menurunkan harga.
"Dari hasil demo (mogok jualan) itu ada hasilnya, mudah-mudahan dapat perhatian dari pemerintah. Supaya menjelang puasa dan lebaran harga turun jangan sampai naik drastis," tuturnya.
Andri mengakui bila setelah mogok jualan selama tiga hari yang dilakukan pedagang justru terjadi kenaikan harga, namun menurutnya aksi tersebut tidak sepenuhnya gagal.
Pasalnya selain menuntut pemerintah menurunkan harga, aksi mogok jualan juga bertujuan memberitahukan masyarakat bahwa daging sapi mahal bukan pedagang menaikkan harga sepihak.
"Kita tujuannya (mogok jualan) ada perhatian dari pemerintah agar harga stabil bisa turun. Kedua biar konsumen tahu harga memang lagi tinggi, maka dari itu kita sempat demo," lanjut Andri.
Harga Daging Ayam di Pasar Kramat Jati Ikutan Naik jadi Rp 38 Ribu Per Ekor
Selain daging sapi, harga daging ayam di Pasar Kramat Jati Jakarta Timur juga mengalami kenaikan dari Rp 35 ribu jadi Rp 38 ribu per ekor.
Tri (42), pedagang daging ayam di Pasar Kramat Jati mengatakan kenaikan Rp 3 ribu ini sudah terjadi dalam sepekan terakhir.
"Per ekor biasa Rp 35 ribu sekarang Rp 38 ribu. Untuk harga daging per kilogramnya juga naik Rp 3 ribu , per kilogram jadi Rp 38 ribu juga," kata Tri di Pasar Kramat Jati, Jumat (4/3/2022).
Menurut dia, kenaikan harga ayam ini lumrah karena kerap terjadi jelang bulan Ramadan dan Idul Fitri.
Namun, dia juga mengakui kenaikan harga daging ayam ini membuat daya beli masyarakat menjadi turun karena terjadi bersamaan naiknya harga minyak goreng, tempe, tahu, daging sapi, dan cabai.
"Dampaknya ada orang yang biasa beli sekilo gram, sekarang jadi setengah kilogram. Apalagi, sekarang apa-apa mahal kan. Tapi, pelanggan sih rata-rata pada maklum," kata dia.
Utami (39), pedagang daging ayam lainnya menyebut kenaikan harga daging ayam sepekan terakhir berkisar Rp 3 ribu hingga Rp 5 ribu.
Dia mencontohkan, harga daging ayam per kilogram di lapaknya yang naik dari Rp 25 ribu menjadi Rp 30 ribu per kilogram sehingga banyak dikeluhkan pembeli.
"Biasanya sih tanggal muda, pertengahan (bulan) ke tanggal tua biasanya (harga) turun. Nanti, kalau sudah tanggal muda, naik lagi harganya," tutur Utami.
Utami menuturkan kenaikan harga yang diprediksi masih dapat melonjak ini memberatkan pedagang karena membuat mereka mengeluarkan modal lebih banyak.
Sementara bila terlampau menaikkan harga jual untuk mendapat untung dagang dia khawatir pelanggan yang di lapaknya beralih ke pedagang daging ayam lain.
"Pelanggan banyak yang engak mau tahu, biasa (harga) segini ya segini. Jadi pinter-pinter aja jualannya, yang penting masih dapat untung sedikit saja enggak apa sekarang," lanjut dia.
Usai Pedagang Mogok Jualan, Harga Daging di Pasar Kramat Jati Naik jadi Rp 140 Ribu Per Kg
Para pedagang daging sapi di Pasar Kramat Jati, Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur yang sempat melakukan aksi mogok dagang kembali berjualan pada Jumat (4/3/2022).
Andri (41), satu pedagang daging sapi di Pasar Kramat Jati yang sempat melakukan mogok dagang mengatakan aksi protes selesai lebih awal dari waktu yang ditargetkan.
Aksi mogok pedagang daging sapi yang sebelumnya ditarget berlangsung lima hari terhitung Senin (28/2/2022) hingga Jumat (4/3/2022) sudah berakhir pada Kamis (3/3/2022).
"Dari kemarin sudah mulai ada yang dagang, dua hari terakhir ini sudah mulai jualan lagi. Untuk demo sudah selesai, kita masih menunggu hasilnya," kata Andri di Pasar Kramat Jati, Jumat (4/3/2022).
Baca juga: Pengakuan Akong, Pemilik Pabrik Ciu Ilegal di Jatiasih saat Diinterograsi Kapolres Metro Bekasi Kota
Para pedagang daging sapi di Pasar Kramat Jati masih menunggu langkah pemerintah menurunkan harga daging sapi lokal dan impor sebelum memasuki bulan Ramadan.
Pasalnya setelah aksi mogok yang dilakukan pedagang di sejumlah wilayah Jabodetabek berlangsung, hingga kini harga daging sapi lokal dan impor terus melonjak.
Sebelum mogok jualan sejak Senin (28/2/2022) lalu, harga daging sapi lokal di Pasar Kramat Jati sebesar Rp 130 ribu per kilogram. Namun, kini harga daging tersebut naik menjadi Rp 140 ribu per kilogram.
Sementara, harga daging sapi impor yang sebelum mogok berlangsung Rp 120 per kilogram sekarang naik ke Rp 130 ribu, kenaikan ini semakin dikeluhkan pedagang dan pembeli.
"Inginnya pedagang harga turun hari ini masih begini aja. Bahkan ada kenaikan, kenaikannya di daging sapi lokal sama impor setelah demo. Harusnya kita jual (daging sapi lokal) Rp 140 ribu," ujarnya.
Andri menuturkan kenaikan harga tersebut karena harga dari tempat pemotongan hewan tempat para pedagang daging sapi di Pasar Kramat Jati membeli sudah menaikkan harga.
Meski terjadi kenaikan harga setelah mogok, menurutnya pedagang daging sapi di Pasar Kramat Jati sekarang masih menggunakan harga sebelum mogok di Rp 130 ribu per kilogram.
"Kita menyesuaikan dengan pembeli. Mau kita naikin juga susah, jadi kita tetap aja standar Rp 130 ribu. Artinya kita bukan mau monopoli (harga), kita melihat kebutuhan di bawah," tuturnya.
Andri mengatakan pedagang daging sapi di Pasar Kramat Jati memilih tidak menaikkan harga karena 80 persen pembeli mereka merupakan pedagang rumah makan.
Seperti pedagang bakso, soto daging, rumah makan padang, dan Warteg yang setiap harinya membutuhkan daging sapi sebagai bahan dasar menyajikan menu makanan.
"Mereka juga enggak menaikkan harga makanan, jadi mau enggak mau kita (pedagang) enggak menaikkan harga. Mungkin kalau pembeli untuk rumah tangga bisa kita naikkan," lanjut Andri. (tribun network/thf/TribunJakarta.com)