TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pimpinan Pusat Himpunan Mahasiswa Persatuan Islam (PP Hima Persis) di bawah kepemimpinan Ilham Nurhidayatullah telah dilantik pada Kamis (9/6/2022) di Auditorium Perpustakaan Nasional RI Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta.
Prosesi pelantikan ini dipimpin oleh Wakil Sekretaris Umum PP Persis Ustadz Aay Am Furqon yang mewakili Ketua Umum Pimpinan Pusat Persis K.H. Aceng Zakaria yang berhalangan hadir.
Pelantikan diawali dengan pembacaan ayat suci Al-Quran oleh Rijalul Haq yang merupakan salah seorang mahasiswa STAIPI Jakarta.
Rahmat Hakim selaku ketua panitia menyampaikan bahwa momentum ini sangat penting untuk mengawali sebuah gerakan kolektif PP Hima Persis ke depannya.
"Momen ini sangat menentukan untuk kita ke depannya," sebut Rahmat.
Ilham mengungkapkan bahwa tantangan pemuda ke depannya sangatlah kompleks.
Bonus demografi Indonesia harus mampu dikelola oleh negara.
"Ke depan, kita, Indonesia akan menghadapi tantangan yang sangat kompleks. Bonus demografi dan kemajuan teknologi jangan sampai menjadi bumerang bagi bangsa ini," katanya.
Dia memaparkan bahwa bonus demografi ini akan beririsan dengan masifnya penggunaan internet.
Sehingga, fakta maraknya berita hoax hari ini menjadi tanggung-jawab kita bersama.
"Jika ke depannya ada berita-berita hoax, itu menjadi tanggung jawab kita semua," lanjut Ilham.
Di era disrupsi saat ini, Hima Persis di bawah kepemimpinannya menawarkan solusi yang disebut 3T.
Baca juga: Kualitas SDM Unggul Solusi Pemanfaatan Potensi Bonus Demografi
Pertama, transformasi Hima Persis dalam aspek organisasi dan pengkaderan.
Kedua, transformasi pola kerja, strategi dalam aspek ekonomi dan teknologi.
Dan ketiga, transformasi Indonesia menuju iklim politik yang lebih baik, lebih hemat dan ramah teknologi seperti yang dicita-citakan para founding father bangsa.
"Selama 2 tahun ke depan kita akan melakukan transformasi organisasi dan perkaderan yang lebih modern, transformasi ekonomi dan pemaksimalan teknologi dalam berbagai aspek serta transformasi iklim politik," katanya.
Aay Am Furqon mengatakan bahwa di era disrupsi kita harus berhati-hati akan tercerabutnya nilai-nilai dan karakter bangsa akibat pengaruh teknologi. Namun, kita juga mustahil untuk menolaknya.
"Disrupsi itu bermakna tercerabut sampai ke akar-akarnya, di era teknologi ini, jangan sampai kita kehilangan jati diri bangsa," katanya.
Dia melanjutkan bahwa Pancasila adalah solusi bagi bangsa ini.
Ekonomi Pancasila yang berbasis kerakyatan dapat menjadi solusi dari masifnya kapitalisasi ekonomi saat ini.
"Ekonomi Pancasila yang berasas kerakyatan seperti tertera di pasal keempat," paparnya.